iklan

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA- Terbongkar, sebanyak 300 lebih pejabat tinggi militer NATO dan Ukraina tewas dalam serangan peluru kendali hyppersonic Rusia yang menghancurkan pusat operasi utama NATO di Ukraina beberapa waktu lalu.

Peristiwa ini tidak pernah dilaporkan media barat namun kemudian dibocorkan oleh Clayton Morris dalam tayangan pendeknya akun youtube @RedactedNews dikutip Bergelora.com di Jakarta Kamis (27/4).

Kebenaran peristiwa ini dikonfirmasi oleh Duta Besar Federasi Rusia di Indonesia Lyudmila Vorobieva

“Good morning, yes it is true. It was on Russian TV news,” tegas Lyudmila Vorobieva kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis (27/4).

“I am not an army General and I don’t have any inside information. I can only rely on media reports. Russian media say it is true,” jelas Lyudmila ketika ditanyakan soal jumlah korban.

Rupanya serangan Rusia di Ukraina ini menjadi kehancuran strategis bagi Ukraina dan NATO, sehingga menutup rapat-rapat aib memalukan ini.

Clayton.Morris melaporkan, pada 2 Maret 2023 pukul 01.00 dini hari lalu Amerika dan NATO dengan menggunakan beberapa tentara Ukraina melakukan serangan teror di wilayah Bryansk Rusia tanpa ada nilai strategis secara militer. Presiden Putin menyatakan serangan itu sebagai serangan teroris karena membunuh rakyat desa. Seorang anak berusia 10 tahun ditemukan tewas menjadi korban.

Rusia kemudian merespon teror yang menyerang penduduk desa di wilayah Rusia dengan menyatakan “Game Over” dan pada 8 dan 9 Maret 2023 meluncurkan untuk pertama kalinya 6 misil hyppersonic ‘Kinzhals’ (belati) yang menghancurkan bunker markas komando militer bawah tanah NATO di Kiev dan menewaskan 300-an pejabat militer NATO dan Ukraina.

NATO tidak mau mengomentari serangan tersebut. Amerika juga diam tentang keberadaan markas komando bawah tanah di Kiev yang telah hancur dan memakan korban ratusan jiwa perwira militer ini. Tak satu pun media barat melaporkan peristiwa ini.

Clayton menghubungkan dengan kebocoran dokumen Pentagon beberapa waktu lalu dan para pemimpin eropa yang ramai-ramai berkunjung ke China seakan peritiwa di markas besar bawah tanah di Kiev tidak pernah terjadi.

Temuan Clayton Morris viral diberbagai media sosial belakangan ini dan belum ada pejabat resmi yang menanggapinya. (Web Warouw)


Sumber: bergelora.com

Berita Terkait



add images