Lalu, terjadi penguatan monsun Asia yang terlihat dari adanya indikasi penguatan angin lapisan atas dari wilayah Laut China Selatan hingga lebih dari 25 knot (47 km/jam).
Munculnya Bibit Siklon Tropis 99W di Laut Natuna Utara dan Sirkulasi Siklonik di barat Sumatera dan Selat Karimata juga telah memicu pembentukan daerah pertemuan dan perlambatan angin.
Memiliki kecepatan angin maksimum hingga 20 knot (37 km/jam) dan tekanan udara mencapai 1006 hPa, bibit siklon ini diketahui bergerak ke arah Barat.
”Kemudian ada anomali positif suhu muka laut di wilayah Laut China Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar, dan Laut Sulawesi hingga 3 derajat Celcius yang menjadi sumber uap air dalam pembentukan awan hujan,” paparnya.
Tak hanya risiko hujan lebat, beberapa wilayah juga diprediksi mengalami peningkatan ketinggian pasang air laut maksimum akibat adanya fenomena fase Bulan Perigee (Jarak terdekat dengan Bumi).
Sementara di Sulsel, BPBD mencabut status tanggap darurat kekeringan. Kini beralih ke musim hujan. Potensi bencana hidrometeorologi kemunginan besar akan terjadi.
"Kita sudah ada namanya kajian peta bencana. Jadi kita memiliki peta bencana," ujar Amson Padolo kepala BPBD Sulsel, kemarin. (*)
Sumber: fajar.co.id