iklan
Dia berjalan di antara tenda bersama adik laki-lakinya, Osama, 9 tahun, yang memimpikan kematian ayah mereka. “Saya sangat mencintainya,” kata Osama.

Namun tetap saja bom terus berjatuhan. Pada Selasa malam, 9 Januari 2024, serangan udara di distrik Tal al-Sultan di Rafah menewaskan beberapa orang termasuk anak-anak, kata korban yang selamat.

Tujuan perang yang dinyatakan Israel adalah menghancurkan Hamas, yang para pejuangnya mengamuk melintasi perbatasan dalam serangan mendadak pada 7 Oktober 2023, menewaskan lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil dan menyandera 240 orang.

Militer Israel mengatakan mereka melakukan apa yang mereka bisa untuk membatasi kerugian terhadap warga sipil dan menuduh Hamas berusaha meningkatkan jumlah korban tewas dengan berlindung di antara orang-orang biasa, sesuatu yang dibantah oleh kelompok militan tersebut. Israel mengatakan perang akan berlangsung berbulan-bulan lebih lama.

Ahmed Jarbou, yang duduk bersama ibunya, mengingat dengan jelas saat dia kehilangan ayahnya. Keluarga tersebut mencari perlindungan di rumah pamannya di lantai empat sebuah gedung berlantai lima ketika sebuah rudal Israel menghantam bagian bawah.

"Sepupu saya menjadi martir. Dia terbang keluar dari jendela lantai empat dan jatuh ke tanah. Kaki saudara laki-laki saya diamputasi... dan ayah saya jatuh berlutut di lantai dan dia menjadi martir," kata Jarbou, 12 tahun. (*)


Sumber: tempo.co

Berita Terkait



add images