iklan
Cherizier sebelumnya adalah petugas di Kepolisian Nasional Haiti. Berasal dari lingkungan Delmas di Port-au-Prince, keterlibatannya dalam pembantaian tahun 2018 di lingkungan La Saline di Port-au-Prince membuatnya mendapat julukan Barbekyu.

Insiden brutal tersebut menyebabkan sedikitnya 71 warga sipil tewas, dan laporan menggambarkan kejadian tersebut sebagai kejadian yang mengerikan, dengan banyak mayat dibakar dan dipotong-potong.

Cherizier diduga berperan memimpin dan melaksanakan pembantaian tersebut. Hal itu membuat ia makin tenar hingga dijuluki 'Barbekyu.' Namun dia menolak klaim tersebut. Sebaliknya dia mengaku julukan itu berasal dari pekerjaan ibunya sebagai pedagang kaki lima ayam goreng.

Ia sering tampil di depan umum dengan mengenakan baret dan pakaian kamuflase serta sering terlihat membawa senjata api.

Pada 2020, Cherizier mengumumkan pembentukan aliansi geng. Ia mendapat perhatian luas karena membentuk Keluarga dan Sekutu G9, sebuah koalisi sembilan geng yang beroperasi di wilayah ibu kota.

Menyusul pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada tahun 2021, Cherizier menyerukan protes, menuduh keterlibatan pemimpin oposisi dan penegak hukum dalam plot tersebut.

Pada 23 Juni 2021, Cherizier mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa kolektif geng G9 akan mempelopori revolusi bersenjata melawan elit bisnis dan politik Haiti. Dia menggambarkan G9 sebagai pengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh kelemahan pemerintah dan sebagai kekuatan "untuk membebaskan Haiti dari oposisi, pemerintah, dan borjuasi Haiti.

Pada akhir tahun 2022, ia menguasai area di sekitar terminal bahan bakar utama di Port-au-Prince selama hampir dua bulan. 

Baru-baru ini, Barbecue mendesak agar Perdana Menteri Ariel Henry mengundurkan diri dan memperingatkan. "Jika Ariel Henry tidak mengundurkan diri, jika komunitas internasional terus mendukungnya, kita akan langsung menuju perang saudara yang akan mengarah pada genosida." (*)


Sumber: tempo.co

Berita Terkait



add images