JAMBIUPDATE.CO,- Perpecahan kembali muncul di antara pemimpin Israel mengenai pemerintahan Gaza pascaperang. Serangan balik Hamas yang tidak terduga di beberapa bagian wilayah Palestina menambah tekanan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Tentara Israel telah memerangi militan Hamas di Gaza selama lebih dari tujuh bulan. Israel juga hampir setiap hari melakukan baku tembak dengan pasukan Hizbullah yang didukung Iran di sepanjang perbatasan utara dengan Lebanon.
Namun setelah pejuang Hamas berkumpul kembali di Gaza utara, perpecahan besar muncul di kabinet perang Israel dalam beberapa hari terakhir.
Netanyahu mendapat serangan pribadi dari Menteri Pertahanan Yoav Gallant karena gagal mengesampingkan pemerintahan Israel di Gaza setelah perang. Penolakan langsung Netanyahu terhadap kepemimpinan Palestina pascaperang di Gaza telah memecah keretakan hubungan yang terbuka lebar di antara para politisi terkemuka. Hal ini membuat frustrasi hubungan antara Israel dengan sekutu utamanya, Amerika Serikat.
Para ahli mengatakan ketidakjelasan hanya akan menguntungkan Hamas. Para pemimpin Hamas bersikeras bahwa tidak ada otoritas baru yang dapat dibentuk di Gaza tanpa keterlibatan mereka.
“Tanpa alternatif untuk mengisi kekosongan tersebut, Hamas akan terus berkembang,” kata analis International Crisis Group Mairav Zonszein.
Dalam pidatonya di televisi pada Rabu, 15 Mei 2024, Gallant meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengambil keputusan dan menyatakan bahwa Israel tidak akan melakukan kontrol sipil atas Jalur Gaza.
Rencana perang Netanyahu juga mendapat serangan baru-baru ini dari panglima militer Herzi Halevi serta pejabat tinggi badan keamanan Shin Bet, menurut laporan media Israel.
Netanyahu juga berada di bawah tekanan dari Washington untuk segera mengakhiri konflik. Washington sebelumnya menyerukan bentuk “revitalisasi” Otoritas Palestina untuk memerintah Gaza setelah perang.
Namun Netanyahu menolak peran apa pun yang dilakukan Otoritas Palestina di Gaza pascaperang. Ia mengatakan pada hari Kamis bahwa Otoritas Palestina mendukung teror, mendidik teror, dan mendanai teror.
Netanyahu juga tetap berpegang teguh pada tujuannya untuk menghilangkan Hamas, dan menyatakan bahwa tidak ada alternatif lain selain kemenangan militer.
Sejumlah pengamat mengatakan kepercayaan terhadap Netanyahu semakin menipis. “Dengan kritik Gallant terhadap kegagalan Netanyahu dalam merencanakan pemerintahan di Gaza, beberapa perpecahan nyata mulai muncul dalam kabinet perang Israel,” Colin P. Clarke, direktur kebijakan dan penelitian di wadah pemikir Soufan Group, mengatakan. tulis di X, sebelumnya Twitter.
“Saya tidak yakin saya mengenal banyak orang, termasuk pendukung paling setia Israel, yang percaya pada Bibi,” katanya, menggunakan nama panggilan Netanyahu.
Banyak warga Israel mendukung tujuan terang-terangan Netanyahu untuk membalas dendam pada Hamas setelah serangan 7 Oktober. Namun kini, mereka menuntut agar para sandera dikembalikan serta Netanyahu mungkin sudah habis.
Pada hari Jumat, tentara mengumumkan telah menemukan tiga jenazah sandera yang tewas dalam serangan 7 Oktober. (*)
Sumber: tempo.co