TAK mudah untuk mempertahankan sebuah usaha ditengah tingginya persaingan. Namun Zaitun, pemilik UKM Ilham membuktikan dengan terus eksis menghasilkan rupiah dari usaha rempeyek yang dirintisnya sejak tahun 2004.
Tak selamanya usaha Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menghasilkan pendapatan yang rendah. Hal ini dibuktikan oleh Zaitun, pemilik UKM Ilham yang memproduksi berbagai varian rempeyek. Ditemui dirumahnya yang beralamat di jalan Teladan nomor 58 RT 31 kelurahan Payo Lebar, perempuan ini dengan semangat menceritakan kesuksesan usahanya yang ia rintis dari nol.
Menggempur usaha sejak tahun 2004, ibu 4 anak ini kini sudah dapat menikmati hasil jerih payahnya. Tak jauh beda dari pemilik usaha kebanyakan, motivasi untuk memperoleh penghasilan lebih untuk keluarga menjadi alasan ia memulai usahanya. Bermodal Rp 10 ribu, pelan-pelan ia memulai usaha dengan mengmenjual rempeyek ke toko-toko dekat rumah.
Masih segar dalam ingatannya, awal mula terfikir untuk mendirikan usaha rempeyek karena termotivasi melihat masih sedikitnya produk rumahan yang berjejeran di swalayan kala itu. Meskipun ada, namun perempuan asal Bangka Belitung ini yakin mampu menciptakan produk yang memuaskan bagi masyarakat.
“Dulu itu awalnya saya memang masih menitip kewarung-warung tetangga. Bahkan tak malu saya membawa rempeyek setiap kali saya pergi termasuk kesekolahan anak saya. Tapi niat saya memang besar untuk dapat menghantarkan produk buatan saya ke supermarket-supermarket,” tuturnya ketika ditemui Selasa (19/2).
--batas--
Tak menunggu lama, setahun berjalan ia sudah dapat memasukkan rempeyek buatannya ke supermarket dan swalaan yagn ada di Jambi. Dan hingga kini, rempeyek Ilham dengan mudah ditemui debebagai gerai dan market. Mulai dari yang berskala kecil hingga supermarket retail bertaraf nasional seperti Alfamart dan juga Giant.
“Saya juga mendapat permintaan banyak dari luar kota seperti muara Bulian, Sarolangun, Bayunglincir, Palembang dan lin-lain,” tuturnya.
Diakuinya, dari tahun ketahun semakin banyak usaha-usaha serupa yang mulai hadir seiring dengan kiat pemerintah untuk menggerakkan usaha kecil dan menengah dikalangan masyarakat. Namun hal tersebut tak menjadi kendala yang berarti. Bahkan dengan lahirnya kompetitor baru membuat tekatnya untuk lebih kreatif menjadi lebih tinggi.
Tak jarang ia menghasilkan kreasi-kreasi menu baru agar pelanggan memiliki lebih banyak varian pilihan. Jika sebelumnya Zaitun hanya menjual produk rempeyek seperti rempeyek teri, kacang tanah, kacang hijau, dan rempeyek tempe. Dalam 2 tahun belakangan ia mulai melirik rempeyek yang masih jarang ditemui. Salah satu menu baru yang berhasil dilempar kepasaran yakni rempeyek vegetarian dari ubi dan sawi yang diminati oleh kaum vegan.
"Waktu baru-baru produk ini dikeluarkan, saya sempat didatangi oleh orang dari Vihara untuk mengecek apa produk saya ini benar-benar 'halal' bagi mereka. Namun setelah melihat sendiri proses pengerjaannya, kini produk ini malah menjadi primadona dan sering mendapat pesanan," tambahnya.
Berkat kerja kerasnya pula, ia tak hanya memperoleh keuntungan secara pribadi, namun usahanya ini menjadi berkah tersendiri 15 pegawai yang membantunya untuk menghasilkan sekitar 600 bungkus rempeyek setiap hari. Dibanderol dengan harga sekitar Rp 6.600, ibu 4 anak ini mampu meraup omset nyaris Rp 4juta setiap harinya.
“Saya memang punya angan-angan agar diri saya bias membawa manfaat bagi orang banyak. Mungkin usaha ini menjadi jawaban atas doa saya,” tutupnya.
Penulis : YUNITA SARI SEMBIRING, jambi ekspres