iklan DIDERA KEMISKINAN: Mat Pari yang kini hidup di tengah kemiskinan.
DIDERA KEMISKINAN: Mat Pari yang kini hidup di tengah kemiskinan.
WARGA Desa Muara Danau ini harus merasakan susahnya kehidupan di masa tuanya. Tanpa sanak saudara dan anak-anaknya, kini ia hidup sebatang kara, tanpa perhatian dari pemerintah. Padahal, orang-orang seperti Mat Pari seharusnya mendapat perhatian pemerintah.

Ahmad Yunus atau yang akrab di panggil Mat Pari terduduk lesu saat ditemui wartawan media ini di rumah miliknya yang berukuran 2X3 Meter di desa Muara Danau, Kecamatan Pelawan, Kabupaten Sarolangun.

Walaupun hidup dalam keadaan yang sangat sederhana, masih tersisa senyum ramahnya saat ditemui oleh wartawan harian ini. Pria berumur 65 tahun ini bercerita bahwa selama 10 tahun hidup sebatang kara dan tak tersentuh bantuan pemerintah.

Mat pari harus berjuang hidup hanya dengan belas kasihan warga sekitar. Dan jika  ada tetangga yang datang mengantar nasi, maka Mat Pari baru bisa makan.

Sementara jika tidak, maka dirinya terpaksa menahan rasa lapar. Apalagi kondisi kesehatanya sudah semakin menurun sehingga semua aktifitas buang air kecil dan air besar dilakukan di dalam rumah.

Belum lagi penerangan rumah yang hanya mengandalkan lampu minyak. Hal ini berbanding terbalik dengan lingkungan sekitar yang kehidupan warganya jauh lebih baik, dan memiliki penerangan yang memadai.

Mat Pari mengatakan, bahwa dirinya kini hidup sebatang kara. Seluruh anaknya telah meninggal dunia, sementara untuk menompang hidupnya saja dari belas kasihan masyarakat. “Sudah sepuluh tahun saya hidup sebatang kara, tidak memiliki keluarga, sementara anak anak saya meninggal semuanya. Dan saya makan jika ada yang datang mengantar nasi jika tidak maka saya harus menahan lapar,” kata Mat Pari terbata-bata.
--batas--
Bukan hanya itu saja, sudah enam bulan dirinya juga tidakmendapatkan beras raskin. Bahkan, jika ada, ia mengaku dirinya tidak akan mampu untuk menebus beras raskin tersebut. “Sudah enam bulan tidak dapat jatah,dan itu juga jika ada saya tidak sanggup untuk menebus biayanya, sebab saya tidak bisa kemana mana dan hanya tinggal di rumah ini saja,” ujarnya lirih.

Rumah yang dihuninya sekarang merupakan bantuan dari Bupati Sarolangun periode sebelumnya, yakni Hasan Basri Agus (HBA). “Ini rumah juga bantuan dari bupati lama, dan saat ini saya juga tidak pernah dapat bantuan apa-apa dari pemerintah. Jangankan bedah rumah untuk kesehatan saja belum pernah dapat,” jelasnya lagi.

Dengan kondisi yang dideritanya membuat dirinya hanya bisa pasrah, jika sewaktu waktu harus menghadap Tuhan. Namun untuk bisa berbuat banyak menghidupi dirinya tidak lagi mampu lagi, sebab dengan kondisi badan yang dideritanya dan juga umur yang tua, dirinya hanya bisa pasrah, jika meninggal kelak dirinya berharap bisa dikuburkan dengan layak oleh warga sekitar.

Kusaeri tetangga Mat Pari yang di jumpai juga membenarkan bahwa selama ini Mat Pari tidak dapat perhatian dari pemerintah, apalagi untuk berobat ke rumah sakit, untuk makan saja dapat dari belas kasihan warga. “Dia sudah lama seperti ini, tetapi tidak juga dapat perhatian pemerintah. Saya juga kasihan tetapi apa daya saya juga miskin dan sama dengan Mat Pari sudah beberapa bulan tak dapat jatah raskin," katanya.

Pantaun media ini, rumah Mat Pari berada tak jauh dari pusat pemerintah. Namun terlihat sangat jelas perbedaan yang mendasar dan berbeda dengan program pemerintah tentang pengentasan kemiskinan di sarolangun. Sayangnya program pemerintah yang di dengungkan  tidak merata hinggga ke lapisan bawah.

Penulis : MHD. FEBRIHARDINA, jambi ekspres

Berita Terkait



add images