iklan PERSEMBUYIAN: Balai Desa Peninjauan, Kecamatan Maro Sebo Ulu. Di Desa ini dulunya tempat persembunyian putri-putri raja.
PERSEMBUYIAN: Balai Desa Peninjauan, Kecamatan Maro Sebo Ulu. Di Desa ini dulunya tempat persembunyian putri-putri raja.
DESA Peninjauan, Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kabupaten Batanghari, menyimpan banyak cerita rakyat dalam sejarahnya. Kisahnya beragam, mulai dari kisah putri raja yang tertutup tabir hingga Kyai dengan tinggi badan 12 meter.

Desa Peninjauan yang mempunyai jumlah penduduk lebih kurang lima ribu jiwa secara keseluruhan sama dengan desa-desa lain. Dalam hal ekonomi, Desa Peninjauan juga sudah maju dengan pendapatan ekonomi warga yang cukup lumayan.

Ketika media ini memasuki Desa Peninjaun, ada yang berbeda rasanya, baik dari lingkungan maupun hawanya. Informasi yang didapatkan dari Kepala Desa Khailami, nama Desa Peninjauan berasal dari kata tinjau.

Dahulu kala, wilayah ini dijadikan tempat untuk menyembunyikan para wanita cantik termasuk para putri raja. Karena itulah, raja-raja dari luar rutin datang ke wilayah itu khusus untuk meninjau para wanita cantik dan putri raja.

Namun, usaha para raja dari luar selalu gagal. Para putri raja dan wanita tidak akan terlihat karena diselimuti sungai yang berfungsi sebagai Tabir. “ Makanya sungai yang melintasi Desa ini disebut Sungai Tabir,” Kata Kepala Desa Peninjauan.

Tayib (83), salah satu sesepuh di Desa Peninjauan menuturkan, kalau raja yang berkuasa di Desa Peninjauan masih dari golongan Sulthan Thaha. Nama raja itu sering disebut Raja Lima.
Beliau konon memiliki putri-putri cantik yang tidak bisa dilihat raja dari luar karena tersembunyi Sungai Tabir. Warga Desa Peninjaun menganut agama Islam berkat kedatangan Kyai Sobran.
--batas--
Pada 300 tahun silam, Kyai Sobran yang berasal dari Tanjung Samalidu (Tebo, red) masuk ke desa itu untuk menyebarkan syiar Islam. “Dia ulama yang dikenal bertubuh besar dan tinggi. Menurut cerita orang-orang tua, tingginya mencapai 12 meter,” kata Ketua Adat Desa Peninjauan, Syamsul Hidayah.

Sementara itu Chaidir, salah tokoh masyarakat di Desa Peninjauan membenarkan cerita Ketua Adat Desanya. Mantan Kades Desa Peninjauan ini menceritakan kalau tubuh Kyai Sobran berbeda dengan manusia biasa.

Beliau memiliki tinggi 12 meter, serta merupakan ulama yang sangat cerdas dan disegani. Kyai Sobran sendiri meninggal di Desa Peninjauan. Dia dimakamkan di sebrang sungai Desa Peninjauan bersama warga lainnya.

Makamnya terlihat berbeda dengan makam warga lainnya. Hal itu disesuaikan dengan tinggi badannya. Desa Peninjauan menyimpan cerita aneh terkait dua makam yang ada di desa itu.
Dua makam itu merupakan makam Putri Raja Salaro Pinang Masak dengan pasangannya Bujang Malapangi. Dua makam itu berada di areal yang landai, persis dipinggir Sungai Tabir.

Ketika banjir, nisan dua makam itu akan naik ke daratan. Sebaliknya, begitu banjir surut, maka nisan akan kembali ketempatnya semula. “Kalau air banjir, nisan kedua makam itu naik ke daratan, kalau surut nisannya balik lagi ketempat semula,” kata Chaidir.

Di Desa Peninjauan sendiri, pernah ditemukan sebuah meriam peninggalan Raja Sulthan Thaha. Namun, meriam yang ditemukan sekitar tahun 1970 itu sudah tidak ada lagi.

Meriam tersebut menghilang dari tempat penyimpanannya pada tanggal 17 Agustus 1990. Warga setempat sampai hari ini masih bingung benda itu menghilang kemana. Sejak terbentuk menjadi desa, Peninjauan sudah dipimpin sebanyak 16 orang kades.

Diantara kades itu, hanya satu yang bukan putra asli Peninjauan, yakni Syamsuyono. Sisanya, yang 15 orang lagi asli penduduk setempat. (*)

Penulis : IRVA GUSNADI, jambi ekspres

Berita Terkait



add images