iklan MENYUARAKAN: Anggota Yayasan Kanti Sehati bersama binaannya menyuarakan 
agar tak ada tindakan diskriminatif terhadap penderita HIV/AIDS.
MENYUARAKAN: Anggota Yayasan Kanti Sehati bersama binaannya menyuarakan agar tak ada tindakan diskriminatif terhadap penderita HIV/AIDS.
ADA 1.013 kasus HIV/AIDS yang ditemukan di Provinsi Jambi sejak tahun 2007 hingga 2014 ini. Kini dari jumlah itu, yang terdata masih hidup mencapai 581 orang. Yayasan Kanti Sehati menjadi salah satu yayasan yang mengadvokasi para korban dan penderita HIV/AIDS.

Yayasan Kanti Sehati sudah terbentuk beberapa tahun terakhir, kini mereka berkantor di sebuah secretariat yang beralamat di Jl. Kapten A. Hasan No.79 Rt.29/10, Simp IV Sipin, Telanai Pura, Kota Jambi.

Dari sekretariat tersebut, nasib anak bangsa ini mulai digagas. Keganasan penyakit HIV/AIDS memang belum ditemukan obatnya, parahnya, penyakit ini bisa dengan mudah menular kesetiap orang.

Dibentuknya yayasan kanti sehati, merupakan upaya untuk mengurangi dampak penularan penyakit tersebut. tidak itu saja, yayasan ini lebih jauh sangat berperan membantu para penderita untuk bisa hidup dengan motivasi yang tinggi dan tidak menularkan kepada yang lain.

HIV/AIDS memang menular, tapi dengan cara tertentu, sehingga bisa saja dicegah. Dan penderita, tidak serta merta langsung menemui ajal, namun mereka masih punya kesempatan hidup yang panjang, asalkan dirawat dengan baik oleh mekanisme klinis yang tepat.

Saat ditemui di sekretariat Kanti Sehati, Fikri Busidin, sekretaris Yayasan Kanti Sehati mengatakan, memberikan motivasi untuk hidup kepada para korban adalah salah satu hal yang terpenting.

“Kadang, orang menderita HIV/AIDS, itu berfikirnya soal mati saja, padahal tidak demikian, virus itu  bisa dilemahkan, dan penderita bisa hidup sehat, asalkan mereka menjalani perawatan yang tepat,” terangnya.
--batas--
Selain itu, faktor penerimaan lingkungan terhadap para penderita juga sangat mempengaruhi. “Mereka memang bisa menularkan, tapi tidak dengan mudah menularkan penyakit itu. Sehingga penerimaan masyarakat terhadap para penderita memang diperlukan. Kesetaraan dalam mendapatkan pekerjaan misalnya. Bayangkan saja, kalau penderita ini depresi dan mereka malah menularkan penyakitnya, tentu ini akan lebih berbahaya,” beber Fikri.

Saat ini, ada 581 penderita yang dibawah naungan yayasan Kanti Sehati. Mereka bukan orang tidak benar semua, tapi mereka ada yang tertular melalui orang tuanya, ada juga melalui pasangannya. “Meski memang ada yang tertular dari jarum suntik dan hubungan seks  bebas, tapi tidak semua demikian,” jelas Fikri.

Lalu, bagaimana permasalahan yang kini dihadapi oleh para penderita selain penerimaan masyarakat ? menurut Fikri, dalam pelayanan kesehatan terhadap penderita, masih ada yang kurang. Padahal, ini sangat dibutuhkan oleh mereka.

“Saat ini, para penderita HIV/AIDS di Jambi, membutuhkan Viral Load, yakni alat ukur jumlah virus HIV dalam darah manusia. Di Jambi, tidak ada satupun rumah sakit yang memilikinya, padahal, jika alat ini ada, maka penderita bisa mengetahui sejauh mana visur menginveksinya. Dan bagaimana pengobatan yang tepat,” jelas Fikri.

Lebih jauh dari itu, Fikri juga menjelaskan bagaimana tantangan dalam menangani para penderita HIV/AIDS.  Saat ini, Yayasan Kanti Sehati, disuport oleh dana global fund, atau dana dari luar negeri. Bahkan, komisi penanggulangan HIV AIDS di Provinsi Jambi yang saat ini ada di Dinkes, juga disuport oleh dana Global Fund tersebut. Sementara, program global fund tersebut, akan berakhir pada Juni 2015 mendatang.

“Ini juga akan jadi masalah, jika pemerintah daerah belum mempersiapkan pendanaan terkait penanggulanganHIV/AIDS ini, tentu banyak program yang selama ini berjalan akan terhenti,” jelasnya.

penulis : WAWAN NOVIANTO/JAMBI EKSPRES

Berita Terkait



add images