PERHELATAN Pemilihan Legislatif tahun 2014 merupakan kegiatan 5 tahun sekali. Bukan hanya politikus yang memanfaatkan momen ini, kaum Ibu juga menikmati kegiatan ini dengan mencari nafkah sebagai petugas pelipat surat suara di KPUD Muarojambi
Ribuan kertas tampak menumpuk di dalam Kantor KPUD Muarojambi, diantara terlihat juga belasan orang yang didominasi oleh perempuan sedang sibuk melipat tumpukan kertas yang jumlahnya ratusan ribu lembar tersebut.
Situasi ini sangat jarang terjadi, ini adalah moment 5 tahun sekali yang hanya ada dalam pemilihan Umum, perhelatan politik ini tampaknya juga merupakan berkah bagi sebagian masyarakat Muarojambi terutama kalangan para Ibu.
Aktifitas yang mereka lakukan ialah melipat surat suara yang akan digunakan untuk Pemilihan Legislatif April mendatang, para pelipat ini masing-masing diberi tanggungjawab melipat 2 kardus surat suara.
Per surat suara mereka diberi upah 100 rupiah untuk melipat surat ini sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh KPU Pusat, mereka bekerja mulai dari pagi dini hari hingga jatah 2 kardus surat suara selesai dikerjakan.
Selain melipat surat suara, para pekerja ini juga ditugasi melakukan sortir surat suara yang dinilai tidak layak pakai, untuk menjaga keamanan surat suara ini, tentu diawasi oleh masing-masing penanggungjawab yang telah ditunjuk.
Salah seorang pekerja pelipat surat suara bernama Maryati ketika ditemui wartawan terlihat sedang sibuk melipat dan menyusun surat suara, ketika ditanyai Maryati mengaku senang dengan pekerjaan sampingannya ini. "Saya hanya sekedar ibu rumah tangga, kemarin diajak teman untuk melipat surat suara, saya mau-mau saja apalagi upah yang diberikan cukup besar yaitu 100 rupiah perlembar," ujar Maryati sembari tersenyum simpul.
Dari hasil pekerjaannya ini, Mariaty mengaku mendapat upah setelah sehari bekerja ialah Rp. 200 ribu rupiah, dia mulai bekerja dari pukul 7 pagi hingga selesai sekitar malam hari menjelang. "Kerjo dari pagi, sampe magrib rasonyo selesailah," tukasnya.
Selama bekerja melipat suara, praktis seluruh pekerjaan dirumah ditinggalkannya, namun tidak dengan mengurus anak, mereka tetap mengurus anak dengan cara membawa buah hatinya ke lokasi kerja. "Iyo anak saya bawa, dak do yang ngurus dirumah, menyusui jugo disinilah, paling pergi ke tempat tetuput sebentar untuk nyusuin anak," akunya. (*)
Penulis : Elan Reinwardt, jambi ekspres