iklan BERAKTIFITAS: Ismail, salah satu kusir andong di Kerinci saat melakukan aktifitasnya.
BERAKTIFITAS: Ismail, salah satu kusir andong di Kerinci saat melakukan aktifitasnya.
SEMAKIN banyaknya dan murahnya harga kendaraan bermotor, seperti sepeda motor dan mobil menyebabkan berangsur-angsurnya hilangnya angkutan tradisional seperti Andong atau bendi. Seperti di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh, tidak lagi banyak Andong yang beroperasi sebagai alat transportasi warga.

Saat media ini berkeliling Pasar Kota, Sungaipenuh Jum'at (21/3) hanya tampak dua Andong yang terparkir dibelakang pusat perbelanjaan Kincai Plaza. Namun, di jalan samping Kincai Plaza terlihat satu unit Andong yang dibawa kusirnya sedang berjalan tanpa satu orang pun penumpangnya.

Memang saat ini, transportasi tradisional khas Kerinci dan Sungaipenuh itu tidak menarik lagi bagi masyarakat. Selain kecepatannya lebih lambat dari transportasi seperti ojek dan mobil, Andong juga dinilai tidak efektif dan efisien sebagai alat transportasi. 

Namun demikian, ada juga warga yang masih tetap menggunakan Andong sebagai alat transportasi atau sekedar hanya untuk berwisata keliling Sungaipenuh dan Kerinci. Malah, saat pasar tradisional di Semurup digelar setiap hari Sabtu beberapa Andong masih beroperasi membawa penumpangnya.

Karena itulah Ismail, salah seorang kusir andong mempertahankan Andong sebagai mata pencariannya. Ismail mengatakan, dirinya tetap bersyukur sebagai kusir andong. Karena profesi yang ia jalani merupakan anugerah yang diberikan Allah kepadanya. “Walaupun pendapatannya tidak seberapa, tapi saya tetap bersyukur dengan pekerjaan saya,” ujarnya.
--batas--
Diungkapkannya, dia mulai bekerja mengendarai Andong setelah melaksanakan sholat subuh setiap harinya. Sebab aktifitasnya dimulai seiring dengan aktifitas para pedagang di Pasar Sungaipenuh. “Saya mulai mengoperasikan andong setelah sholat subuh. Umumnya andong ini ditumpangi oleh pedagang yang membawa dagangannya ke pasar,” ujarnya.

Ismail mengaku sudah menjadi kusir andong selama 40 tahun, semenjak dia berusia 16 tahun. Saat itu kata Ismail jasa angkutan seperti Andong ini sama seperti kedaraan saat ini. Sebab saat itu hanya beberapa orang saja yang memiliki kendaraan. “Sekarang tidak banyak Andong yang beroperasi lagi di Sungaipenuh,” ungkapnya.

Profesi sebagai kusir andong lanjut Ismail merupakan pekerjaan turun temurun dari keluarganya. Selain merupakan profesi turun temurun, profesi ini juga merupakan suatu hobby baginya. “Saya mempertahankan kendaraan tradisional ini, karena hobby dan bertekat mempertahankan budaya Kerinci yang telah dititipkan oleh keluarga,” tandasnya. (*)

Penulis : DIPAR KUSMI, jambi ekspres

Berita Terkait



add images