iklan TAK LULUS: Jalaludin Kiyam, guru honorer yang sudah mengabdi sejak 1992 
namun tak lulus dalam ujian honorer K II belum lama ini.
TAK LULUS: Jalaludin Kiyam, guru honorer yang sudah mengabdi sejak 1992 namun tak lulus dalam ujian honorer K II belum lama ini.
Perjuangan Jalaludin Kiyam di dalam dunia pendidikan bukan lagi hitungan waktu yang singkat. Dia patut disebut pahlwan tanpa tanda jasa. Mengabdi sejak 1992, hingga kini ia tak pernah lolos sebagai honorer KI maupun KII.

POTRET buram dunia pendidikan di Sarolangun masih terlihat jelas. Betapa tidak, Jalaludin Kiyam tenaga honorer yang mulai mengabdi sejak 1992 di Ponpes Asalikiyah, hingga mengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nahdatul Saadahdi Sungai Dingin Desa Rangggo Kecamatan Limun, dan berakir di SDN 63 Sarolangun, tidak pernah terjaring, baik dalam honorer katagori  satu (KI) dan juga KII.

Dengan kondisi ini membuat  Jalaludin kiyam sangat prihatin dengan kondisi perekonomian yang makin sulit. Namun kerja kerasnya tidak pernah mendapatkan perhatian, jangankan untuk bisa di angkat menjadi KI  masuk dalam KII juga tidak.

Kepada harian ini, Jalaludin Kiam mengatakan, dirinya mempertanyakan apa bedanya dengan tenaga kontrak yang lain. Sebab dirinya semenjak tahun 1992 sudah mengabdi dan seluruh persyaratan terpenuhi, tetapi tidak pernah lolos .

“Saya mengajar semenjak tahun 1992 hingga saat ini namun yang membuat saya heran kepada tidak penrah lolos masuk KI dan KII, apakah kerana saya orang tidak punya,” ungkapnya lirih.

Bukan itu saja, menurutnya dirinya sudah pernah mengadukan ke Bupati Sarolangun, dan juga bahkan sampai kepada Gubernur Jambi, tetapi hasilnya belum juga ada.

“Saya sudah bekali kali mengadukan nasib saya kepada Bupati dan juga Gubernur Jambi, namun alasannya selalu karena saya kontrak dari MI ini yang menjadi kendala sehingga saya tidak mengerti persoalan kontrak saya,” jelasnya.
--batas--
Jika memang tidak bisa di angkat dari MI, menurutnya dalam pengumuman KII kemarin ternyata banyak yang kontrak dari MI yang lulus. “Apa bedanya jika dari KII banyak yang lulus  padahal mereka mengajar baru masuk di tahun 2008 tetapi saya yang mangajar semenjak tahun 1992 tidak lulus,” jelasnya.

Dirinya hanya mempertanyakan ketidak transparanan pemerintah sarolangun, terkait dengan perekrutan untuk KI dan juga KII, sebab dirinya selama mengabdi menjadi tenaga kontrak tidak pernah terputus tetapi hingga saat ini belum juga ada kejelasan.

“Kalau memang tidak ada pengangkatan dari MI dan tidak juga berasal dari tenaga kontraknya, saya rela tetapi ini sangat menyakitkan sebab ini tidak ada perhatian pemerintah, saya hanya menuntut keadilan buat saya saja,” katanya.

Sementara itu sebagai bukti dirinya sudah menjadi kontrak semenjak tahun 2005 sudah masuk, tetapi anehnya dirinya tidak juga lulus. “Saya kontrak semenjak tahun 2005 dan kontrak saya juga di tandatangani oleh bupati M Madel, tetapi juga tidak lulus KI, apalagi KII. Saya hanya sebagai penonton saja, dan saya kira saya tenaga kontrak paling tua yang belum di angkat,” tandasnya. (*)


Sumber : MHD. FEBRIHARDINA,  Jambi Ekspres

Berita Terkait