iklan PENUH WAKTU:  Abdul Aziz SE, Tim Bagian Teknis Kepemiluan KPU Provinsi Jambi
PENUH WAKTU:  Abdul Aziz SE, Tim Bagian Teknis Kepemiluan KPU Provinsi Jambi
BERTUGAS dibagian teknis di Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidaklah semudah dibayangkan. Selain harus bekerja membantu proses penyelenggaraan Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, ada juga pengorbananan yang harus dihadapi.

Pemilu adalah kompetisi memperebutkan suara rakyat untuk mendapatkan jabatan-jabatan politik. Sebagai sebuah kompetisi, Pemilu harus diselenggarakan oleh lembaga yang kredibel di mata rakyat maupun peserta. Lembaga penyelenggara Pemilu harus independen atas semua kepentingan, agar keputusan yang diambilnya semata-mata demi menjaga kemurnian suara rakyat.

Pemilu merupakan perhelatan politik yang kompleks untuk mengonversi suara rakyat menjadi kursi, sehingga penyelenggara Pemilu harus terdiri dari orang-orang professional, memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus, serta menaati kode etik.

Tapi jangan lupa, dibalik suksesnya sebuah pelaksanaan Pemilu, tidak hanya berasal dari kinerja Komisioner KPU saja. Namun ada orang-orang yang sangat penting keberadaannya dibalik itu semua. Salah satunya seperti seorang Abdul Aziz yang bekerja di bagian teknis kepemiluan di KPU Provinsi Jambi.

Saat disambangi disela-sela kesibukannya kemarin, pria kelahiran Tepi Selo Lintau, 25 Januari 1977 yang dikenal ramah ini menyambut baik kedatangan Jambi Ekspres. Kepada harian ini ia bercerita bagaimana perjalanannya di KPU. Aziz begitu panggilannya telah ikut berkontribusi untuk menyukseskan Pemilu dan Pemilukada di Jambi sejak tahun 2004 lalu hingga saat ini. Saat itu berawal saat ia diangkat sebagai tenaga honorer pada 2004, ia ikut membantu proses Pemilu 2004 kemudian Pemilukada 2005.

“Setelah itu keluar dari KPU dengan berbagai pertimbangan walaupun waktu itu sudah masuk dalam daftar honorer. Kemudian aktif kegiatan pendampingan masyarakat, sebelum di KPU pun demikian melalui lembaga LP3D namanya waktu itu,” ceritanya.
--batas--
Pada tahun 2008 akhir ia dipanggil lagi ke KPU untuk membantu proses Pemilu 2009 dengan status yang sama seperti sebelumnya yakni honorer. Kemudian tahun 2010 tes CPNS dijalur umum. “Waktu Pilpres 2009 tidak terlibat, karena waktu itu keluar dulu dari KPU ada kegiatan di luar dan gabung lagi pada Pilkada 2010 setelah diangkat jadi PNS,” tuturnya.

Memang pekerjaannya sejak awal di KPU pada pengolahan data, membantu KPU dalam pengolahan data, baik itu data pemilih, logistik, maupun data penghitungan. “Selama ini memang ditugaskan khusus untuk mengurus data terkait Pemilu,” sebutnya.

Hal-hal yang berat baginya dalam menjalani pekerjaan, yakni bagaimana agar data yang disajikan itu bisa akurat. Baginya inilah yang butuh energi besar. Sejauh ini ia bersama tim lainnya yang bergerak dibidang data ini, untuk data-data yang disajikan, baik itu dalam keputusan KPU maupun informasi publik yang disampaikan ke masyarakat tidak ada yang dipermasalahkan.

“Dulu 2009 cukup rumit kita mengolah datanya, membuat hampir 500 master cetak dengan nama-nama caleg dan dibuat manual. Karena tidak dibantu system seperti sekarang. Waktu memang cemas dengan tingkat kesalahan tapi Alhamdulillah tidak ada pernah mendapatkan keberatan dari peserta Pemilu,” katanya.

Bahkan menurutnya, di Jambi secara hasil Pemilu tidak ada yang dipermasalahkan, berarti apa yang ia sajikan bersama rekan kerja masih terjaga dan ini juga membantu KPU Provinsi Jambi untuk membuat keputusan.

Dalam melakoni pekerjaannya, ia harus bekerja penuh waktu. Apalagi pada saat-saat menjelang Pemilu maupun Pemilukada butuh tenaga dan waktu yang cukup banyak. Karena tahapan tidak bisa ditunda. Bahkan ini terjadi disemua komponen di KPU. Sekretariat KPU ini mengimbangi frekuensi komisioner, membantu komisioner dalam penyelenggara Pemilu.

“Kita tidak bisa hanya mengandalkan jam kerja. Awalnya keluarga pasti kaget dengan frekuensi pekerjaan seperti ini. Disaat-saat tertentu pasti akan muncul pilihan antara keluarga dan pekerjaan. Dalam posisi punya anak, kami di Jambi Cuma bertiga memang cukup merepotkan untuk membagi waktu,” kisahnya.

Namun suami dari Marleni A.Md dan orangtua Muhammad Rafif Athoya  ini selalu menyiasati bagaimana agar waktunya bisa tersedia untuk keluarga tercinta. “Untuk menyiasatinya, saya cari rumah yang dekat dengan kantor, mungkin mobilitas kantor dan rumah itu bisa cepat. Supaya ada waktu untuk keluarga, yang kerepotan itu saat dinas-dinas keluar kota. Insyaallah sampai hari ini keluarga tetap mendukung,” ungkapnya. (*)


Sumber : KESRIADI, Jambi Ekspres

Berita Terkait