Mempunyai karakteristik heterogen dan telah ditumbuhi 320 pohon berdiameter rata-rata 20 cm, kini hutan Kota Sarolangun menjadi sarana wisata hutani dan edukasi berbasis lingkungan.
KEBUTUHAN akan tempat wisata yang alami saat ini sangat karena semakin sulitnya mencari tempat-tempat wisata yang alami membuat pemerintah Kabupaten Sarolangun membuat Hutan Kota Sarolangun.
Selain menjadi tempat wisata alami, hutan kota juga bisa menjadi filter polusi udara yang yang semakin lama semakin banyak. Hutan Kota Sarolangun terletak di kawasan perkantoran Gunung Kembang Sarolangun, tepatnya disebelah kantor dinas kehutanan kabupaten Sarolangun.
Pada sore hari biasanya kawasan hutan kota tersebut sering dijadikan tempat istirahat, dan tempat melepas lelah setelah lari sore, atau olahraga sore, yang sering dilakukan di oleh masyarakat sekitar.
Berdiri diatas lahan seluas 9,8 hektare dan berfungsi urgent, Dishutbun Sarolangun terus mengembangkan Hutan Kota Gunung Kembang Sarolangun.
Terletak strategis di komplek perkantoran Gunung Kembang Sarolangun, keberadaannya berpeluang besar bagi masyarakat untuk menikmati dan menjadikan sarana pendidikan moral, selaras hidup dan bersahabat dengan alam.
Beragam vegetasi jenis tumbuhan dan tanaman hutan hadir disana. Meski eskalasi tahap pengelolaan tengah proses, namun banyak kalangan menilai hutan kota menjadi sarana wisata hutani dan edukasi berbasis lingkungan, asalkan komitmen pemerintah berkelanjutan tidak fluktuatif.
Kadisbunhut Sarolangun, Joko Susilo mengatakan, minimal 0, 25 Ha atau 10 persen dari luas wilayah perkotaan harus menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Sarolangun. Namun ini belum teridentifikasi secara baik.
“Seharusnya 10 persen dari Luas Kota Sarolangun 509,85 Ha. Estimasi dimemiliki tentu 50,98 Ha Hutan Kota. Tapi saat ini baru tercapai 9,8 Ha 19,22 persen. Artinya kita masih butuh perluasan seluas 41,18 Ha 80,78 persen,” katanya.
Hutan Kota Gunung Kembang sebut Joko, mempunyai karakteristik heterogen telah ditumbuhi 320 pohon berdiameter rata-rata 20 cm. “Terdiri dari 29 jenis pohon dan tumbuhan obat-obatan. Tanaman HHBK seperti gaharu, rotan dan lebah madu juga ada. Kalau untuk satwa sendiri Burung, mamalia, reptil, insekta, dan jenis lain ada cuma belum terinventarisasi,” katanya.
Ia mengatakan, banyak fungsi adanya hutan kota. “Air hujan yang turun bisa relatif cepat diserap. Jadi daerah resapan air (Water Catchment Area) dan mengurangi emisi udara. Ya ini sesuai program udara bersih kota (Prodasih-kota) yang dicanangkan pak bupati tercapai,” katanya. (*)
Penulis: MHD FEBRIHARDINA, Jambi Ekspres