iklan MIRIS: Nasib Ridho yang terpaksa hidup di dalam sebuah kandang karena menderita keterbelakangan mental.
MIRIS: Nasib Ridho yang terpaksa hidup di dalam sebuah kandang karena menderita keterbelakangan mental.
KERINCI, Tak hanya Aditya (1,5) penderita gizi buruk di Desa Koto Tengah, Kecamatan Air Hangat Barat yang menarik perhatian. Ternyata di Kecamatan Air Hangat Barat masih ada 5 warga yang menderita penyakit langka dan memelukan penanganan medis.

Kelima warga tersebut adalah Dian Anggraini, Suci Ramadhani, Nayla, Indrial dan Ridho. Penyakit yang mereka derita mulai dari gizi buruk hingga autisme.

Kisah yang lebih miris dialami oleh Ridho, remaja 15 tahun, warga Desa Koto Mudik, Kecamatan Air Hangat Barat. Sejak perceraian orangtuanya saat dia masih kecil, Ridho tidak pernah mendapatkan kasih sayang, perhatian, bahkan nafkah lahir dari orangtuanya yang seharusnya merawat dan berada disampingnya.

Ridho sekarang diasuh oleh kakek dan neneknya. Karena ketebelakangan yang dimiliki Ridho, remaja malang tersebut terpaksa ditempatkan oleh kakek dan neneknya disebuah tempat seperti kandang dibelakang rumahnya.

Kandang atau bahung yang biasa disebut warga setempat memang tidak layak menjadi tempat tinggal manusia, walaupun dia memiliki kekurangan dan keterbelakangan sekalipun. Namun itulah yang dapat dilakukan oleh kakek dan nenek Ridho yang sudah dimakan usia.

Mereka beralasan menempatkan Ridho dikandang, karena Ridho buang hajat sembarangan, sehingga membuat bau rumah. “Kalau malam tidur didalam rumah,” ujar kakek dan nenek Ridho.

Camat Air Hangat Barat, Indra Gunawan mengatakan, pihaknya sudah mengajukan ke Pemerintah Kabupaten Kerinci untuk melakukan penanganan medis terhadap 5 orang warganya itu. Dia berharap proposal yang pihaknya ajukan ke Pemkab Kerinci tersebut cepat ditanggapi agar warganya bisa hidup sehat dan layak.

Dia juga berharap Pemerintah mulai berpikir membuat panti sosial untuk menampung penderita keterbelakangan mental dan anak-nak terlantar karena berbagai kasus, termasuk akibat perceraian orangtua mereka. “Kita berharap Pemerintah dapat membangun panti sosial di Kerinci untuk menampung anak-anak terlantar dan menderita keterbelakangan mental,” pungkasnya.

Selain itu, bocah lainnya, Suci Ramadhani, hingga saat ini putri semata wayang Ibu Indarti hanya bisa terbaring dirumahnya, karena tidak mampu duduk, bahkan berjalan. Diusianya 4,5 tahun berat suci hanya 8,7 Kg. Berat ini tentu tidak ideal bagi balita seperti Suci.

Pengakuan ibunya, perkembangan fisik Suci terganggu setelah mengalami demam panas tinggi atau Step saat berusia 2 tahun. Setelah kejadian itu berat badan Suci tidak pernah naik.

Berbeda dengan yang dialami Suci, Dian Anggraini, warga Desa Koto Tengah, Kecamatan Air Hangat Barat diduga mengalami gangguan psikis. Perkembangan otak remaja 14 tahun ini tidak memiliki kecerdasan psikomotorik seperti remaja lainnya.

Dian lebih memilih mengurung dirinya dikamar, karena tidak berani keluar rumah. Nenek yang mengasuh Dian menceritakan, sejak kecil Dian ditinggal kedua orangtuanya, yakni Nurul Huda dan M Tauhid, karena bercerai. M Tauhid tak menyangka niat awal istrinya Nurul Huda ke Malaysia berbuah lain. Saat pulang dari Malaysia Nurul sudah memiliki suami lain.

M Tauhid sekarang pun sudah menikah, sehingga anakknya Dian terpaksa tinggal dan diasuh oleh neneknyam. Lain Dian, lain pula Indrial, pria dewasa yang hidup sebatang kara ini mengidap penyakit aneh. Sekujur tubuhnya membengkak dan saat ini belum ada diagnosa dokter tentang penyakit yang diidap Indrial.

Karena belum dibawa berobat, Indrial tinggal dirumah peninggalan orangtuanya, tanpa listrik dan air PDAM. Untuk kebutuhan makan sehari-hari pun Indrial memelas kasihan dari tetangganya.

Sumber : Jambi Ekspres

Berita Terkait



add images