iklan Ilustrasi : xpresi jambi ekspres
Ilustrasi : xpresi jambi ekspres
Pasca putus dari pacarnya, Rina sering banget stalking jejaring sosial mantannya itu. Dan nggak tahu kenapa, Rina menjadi keseringan stalking. Setiap mention yang masuk ke mantannya, ia selalu buka profile orang tersebut. Takutnya nih, si mantan kepincut sama orang lain dan akhirnya jadian. Gampang banget buat ngelupain Rina. Beda dengan Rina yang masih ada “rasa” sama doi. Setiap stalking dan ngeliat gejala aneh, terbitlah nyesek di dada. Pernah ngalamin kejadian tersebut guys? Musti baca nih!

Baru-baru ini muncul lagi istilah yang nge-hype, stalking. Orang yang melakukan stalking, namanya stalker. Nggak tahu juga sih kapan tepatnya, siapa, dan di mana istilah tersebut bisa muncul. Kalau kita mau ngulik informasi lebih dalam mengenai istilah stalker itu, sebenarnya berkonotasi negatif lho guys, karena biasanya istilah stalker ditunjukkan untuk orang-orang yang melakukan kejahatan pidana dengan cara menguntit, menyelinap, atau mengintip yang berujung pada timbulnya dampak psikologis, ataupun psikis kepada korbannya, hingga menganggu privasi seseorang, dan berujung dengan dilaporkan ke polisi. Hiii, ngeri!

Khusus makna stalking seperti itu, Xpresi sama sekali nggak nganjurin. Selain risikonya besar buat psikologis kita, juga bahaya buat keamanan diri kita. Nah, stalking yang bakal kita bahas sekarang, seperti kronologis kejadian Rina guys. Ternytaa nih, secara mengejutkan 89,3% X-aholic mengakui kalau dia pernah stalking lho.

Ada yang mengaku kalau dia sering banget stalking mantannya, ini diakui sama 23,3% X-aholic. Kalau stalking sesekali, dan karena iseng atau penasaran sama mantan sih, waja-wajar aja guys. Tapi, jangan sampai keseringan juga. Soalnya bisa berdampak nggak bagus sama masa depan percintaan kamu, hehehe. Lain dengan 26,7% X-aholic, yang lebih memilih buat stalking gebetan. Sementara 36,7% X-aholic, lebih sering stalking temennya. Dan 13,3% X-aholic  lainnya, stalking pacar dong. 

Alasan sang stalker pun beragam, ada yang sekedar ingin tahu informasi, itu alasan dari 60% X-aholic. Alasan ini juga diakui sama teman kita Riko Fitra Yogi, Siswa SMA Negeri 8 Kota Jambi. “Stalking seseorang supaya tahu informasi. Misalnya, biar tahu siapa seseorang yang lagi deketin doi,” ujarnya kepada Xpresi. Sementara itu, buat 13,3% X-aholic, alasan mereka adalah supaya tahu kabar si doi. Seenggaknya dari status dia, kita tahu gimana moodnya, apa yang dia lakuin, bahkan bisa tahu lokasi dia di mana. Kalau 26,7% X-aholic  sisanya, alasannya sih karena nggak ada kerjaan aja guys.

Dari 89,3% X-aholic yang pernah stalking, ternyata ada juga lho yang nggak pernah stalking, itu diakui sama 10,7% X-aholic, dan teman kita Hamidah, Siswi MAN MODEL Kota Jambi. “Aku nggak suka stalking siapapun. Soalnya, kayak nggak ada kerjaan aja,” tuturnya kepada Xpresi. Bener juga sih alasan Hamidah guys. Alasan ini juga diakui sama 10% X-aholic. Dan menurut 60% X-aholic lainnya, menganggap orang yang suka stalking itu orang yang kepo banget.

Nah, muncul lagi kan kosakata baru anak muda zaman sekarang. Bagi yang nggak tahu istilah kepo, Xpresi kasih tahu deh. Kepo itu artinya orang yang ingin tahu banget urusan orang lain. Lain hal dengan 30% X-aholic, yang menganggap stalker adalah sejenis orang yang perhatian.

Menurut Xpresi sih, untuk mengatasi kesedihan dan sakit hati akibat putus cinta, kamu nggak harus remove dia dari daftar teman kamu di Facebook atau block dia dari Twitter kamu. Memang sih, hal ini pencegahan supaya nggak stalking lagi. Tapi, sebisa mungkin kamu menahan diri aja untuk tidak terlalu sering mengecek akun sang mantan. Pada dasarnya, mengintip sosial medianya hanya untuk kesenangan nggak masalah, tapi jangan sampai terbawa perasaan ya.

Kalau akhirnya kamu merasa sedih, cemburu, atau kesal,  berarti kamu harus berhenti mengintip akun sosial medianya. Lagian, kalau kamu mau yang aman dan sehat, cukup cari tahu kabarnya dengan menghubunginya langsung. Oke?(sumber: xpresi jambi ekspres)

Berita Terkait



add images