iklan MEMPRIHATIKAN : Siswa MI Nahdlatuth Thullab mengikuti belajar di kelas. 
Untuk mengatasi kekurangan kelas, maka satu kelas jadi untuk dua jenjang
yang dibatasi tirai.
MEMPRIHATIKAN : Siswa MI Nahdlatuth Thullab mengikuti belajar di kelas. Untuk mengatasi kekurangan kelas, maka satu kelas jadi untuk dua jenjang yang dibatasi tirai.
Suasana Madrasah Ibtidayah Nahdlatuth Thullab yang berada di Jambi Selatan sangat memprihatinkan. Dengan siswa sebanyak 106, mereka hanya ditampung di 4 ruang kelas belajar (RKB) saja. Untuk menyiasati kekurangan kelas, ada dua kelas yang terpaksa disekat menggunakan tirai kain yang digunakan untuk berbagi kelas.
    
“Jadi 1 RKB ada dua rombongan belajar yang hanya disekat dengan kain tirai. Memang proses belajar mengajar menjadi sangat tidak kondusif. Apalagi kalau misalnya kelas yang satunya sedang hafalan, akan sangat mengganggu kelas satunya lagi yang sedang belajar yang lain misalnya,” ujar Kepala MI Nahdlatuth Thullab, Yunus melalui Mansur, salah seorang guru, Senin (19/5).
    
Suasana menjadi kian tidak kondusif manakala guru pengajar sedang keluar ruangan. Siswa berlainan kelas yang hanya disekat kain ini saling mengintip dan bermain.

“Beginilah kondisinya. Tetapi bagaimanapun kami tetap bersyukur karena gedung sudah baru berkat dana Blow Green. Dengan pondasi cor, gedung ini siap untuk ditambah bangunannya keatas untuk ditingkat,” sambung Mansur.
    
Diungkapkan, hanya saja ketiadaan dana membuat angan untuk membangun gedung menjadi gedung bertingkat harus dipendam dalam-dalam.

Padahal, MI Nahdlatuth Thullab adalah satu-satunya sekolah tertua di Jambi Selatan yang berdiri sejak 1976. Bahkan Wakil Walikota Jambi, H.Abdullah Sani pernah mendedikasikan diri dengan mengajar di MI ini dulunya.
    
Tak hanya kekurangan RKB, guru yang mengajar di MI ini bahkan juga hanya menerima gaji Rp. 200 ribu/bulan. Itupun, jika guru mengajar penuh. “Guru masih honor semua, kecuali seorang yang sudah PNS. Bahkan kepala sekolah juga masih honor sejak tahun 1994,” jelasnya lagi.

Ketiadaan dana tersebut juga berimbas pada ketiadaan kegiatan ekskul untuk mengembangkan bakat dan minat siswa. Siswa juga belum mengenal kegiatan ekskul Pramuka, sebuah kegiatan ekskul yang umumnya ditemukan disetiap sekolah.

Sebagai pendidik generasi bangsa, 11 guru yang mengabdi di MI tersebut mengaku ikhlas mendedikasikan diri. Walau tidak muluk-muluk, merekapun mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah dan instansi terkait untuk memajukan MI Nahdlatuth Thullab.

Terlebih, sekolah ini masih dalam Kota Jambi. Dan memang mereka sudah selayaknya pantas mendapatkan lebih dari sekedar perhatian serta bantuan. Di zaman seperti saaat ini masih ada guru yang bergaji hanya Rp. 200 ribuan.


Sumber : Jambi Ekspres

Berita Terkait



add images