iklan <b>KREATIF:</b> Rehan saat menyelesaikan salah satu pesanan pelanggan.
KREATIF: Rehan saat menyelesaikan salah satu pesanan pelanggan.

INDUSTRI kreatif menang sedang berkembang, dan banyak remaja yang mulai terjun kedalamnya. Salah satunya Rehan, ia mulai menggeluti bisnis pembuatan craft dari tempurung kelapa. Bagaimana usaha tersebut dibangun ?

                                              

REHAN yang baru berumur 20 tahun sudah berani membuka usaha craft di rumahnya, yakni di jalan Kapten Patimura No 96 Rt 06 Kelurahan Kenali Besar Kecamatan Kota Baru, Jambi.

Adagio craft adalah brand atau merk dari souvenir dan aksesoris milik Rehan ini. Rehan adalah salah satu mahasiswa jurusan teknik di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Jambi. Awal mula penulis mengenal dia dari salah satu sosial media. Karena, Rehan memang rajin mempromosikan usahanya dari jejaring sosial.

Saat ditemui Jambi Ekspres, Rehan bercerita, bahwa ia mulai merintis usahanya sejak tiga bulan yang lalu. Usaha ini berawal dari hobinya mengumpulkan tempurung kelapa dan membuatnya menjadi mainan kunci ataupun lampion.

Bahan-bahan yang dia kumpulkan adalah bahan yang bisa disebut sampah. Banyak tempurung kelapa yang kadang dibuang di warung-warung sembako di perumahan-perumahan.

Dengan kreatifitas yang dia miliki, Rehan dapat menyulapnya  menjadi  karya seni yang bernilai dan memiliki harga jual. Selain gantungan kunci, Rehan juga membuat asbak rokok, dan gelang. Produk-produk tersebut dibuat dalam berbagai motif, mulai dari motif candi Muara Jambi, Angso Duo dan masih banyak lagi.

Harga satuan seperti mainan kunci di jual dengan harga dua ribu rupiah paling murah dan yang paling mahal seperti lampion mencapai Rp 75 ribu,ungkap Rehan saat ditemui di rumahnya Rabu (03/09).

 Dalam menjalankan usahanya, ia dibantu oleh lima orang temannya, mereka memang sudah biasa membuat aksesoris dan souvenir tersebut.

Di ruangan kerjanya yang hanya seluas 3 x 3 meter, Rehan dan teman-temannya sudah banyak menghasilkan produknya.

Meski cukup berkembang dan banyak mendapatkan permintaan, namun Rehan bukan tanpa kendala. Diakuinya, saat ini ia dan teman-temanya terkendala dana dan peralatan. Akibatnya, Rehan belum bisa memproduksi hasil kreatifitasnya tersebut secara masal atau besar-besaran.

Alat-alat yang biasa Rehan pakai untuk membuat kerajinan tangannya tersebut sangat sederhana yaitu bor, gerinda, amplas dan lem kayu,ungkapnya.

Dengan peralatan seadanya itu Rehan hanya bisa membuat mainan kunci sekitar 20 buah dalam sehari dan lampion hanya satu buah dalam sehari. Ketelitian dalam membuat kerajinan tangan itu sangat dibutuhkan. Pasalnya,  kepuasan pelanggan adalah segalanya. Maka dari itu Rehan terkadang melayani pelanggan nya sesuai dengan pesanannya. Seperti membuat gelang dari kulit kelapa yang bertuliskan nama pemesan.

Saat ini, untuk  memasarkan produk-produknya, Rehan banyak  menitipkan di penjual asesoris atau penjual souvenir di Kota Jambi. Sayangnya, para penjual aksesoris dan souvenir tersebut, banyak yang tidak mau mencantumkan brand miliknya, sehingga produk yang dia buat tidak begitu dikenal oleh pemburu souvenir dan aksesoris.

Ibunda Rehan, Suminah, yang juga sempat diwawancarai koran ini sangat bangga terhadap kreatifitas anaknya itu.

Rehan itu orangnya pekerja keras, kalau sudah membuat mainan kunci itu, behari-hari. Tapi lumayan, bisa bantu-bantu ibu, ungkap Suminah bangga.

Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Rehan menjadi contoh untuk adik-adiknya, berusaha sendiri dan tidak ingin terlalu merepotkan orangtua. Penghasilan Rehan dalam sebulan bisa diagunakan untuk membantu orang tuanya dan untuk membayar uang kuliah. 

(*)

 


Berita Terkait



add images