Kemarin, Unja genap berusia 50 tahun. Ibarat manusia, usia ini memasuki tahap kedewasaan. Lantas, sudah dewasakah Unja ? Bisakah Unja take of menjadi world class university? Pada tingkat lokal mungkin ya, namun untuk tingkat global, Unja masih harus bekerja keras.
Berangkat dari pola manajemen perguruan tinggi, terdapat dua pola kebijakan pendidikan tinggi. Dimana pola yang berorientasi kemajuan ilmu pengetahuan (the advancement of learning), dan pola yang berorientasi kemajuan pendidikan (the advancement of education). Taliziduhu Ndraha mengutip Raymond C. Gibson menjelaskan berdasarkan pola pertama, perguruan tinggi dirancang menjadi seperangkat kegiatan intelektual yang ditujukan pada upaya mengungkapkan kebenaran ilmiah melalui penalaran abstrak dan menguasai serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan menurut pola kedua, pemusatan perhatian dilakukan terhadap sumber daya manusia, yang harus responsif terhadap kondisi lingkungan dan masalah sosial-ekonomi serta politik.
Pada pola pertama, perguruan tinggi merupakan industri ilmiah yang menyelenggarakan riset yang memerlukan biaya besar dan tenaga ahli profesional. Produksi ilmu tentu tak cukup dilakukan melalui proses peniruan atau pelatihan, melainkan melalui riset.
Sedangkan pada pola kedua, yang dijadikan pusat perhatian adalah manusia sebagai sumber daya terpenting. Konsep sumber daya dibedakan menjadi sumber daya manusia dan sumber daya alam. Sumber daya alam dapat dibaharui melalui proses daur-ulang, tetapi sumber daya itu tidak bisa berpikir, merasa, bertindak, dan menciptakan.
Unja dapat memilih kedua pola itu, dimana membangun SDM melalui pendidikan adalah lebih penting. Pada Dies Natalis Unja ke-50 ini, perlu juga diperhatikan upaya membangun citra dan reputasi Unja. Penampilan Unja dari luar, misalnya taman, ketertiban parkir, pengaturan tempat sampah, serta rambu-rambu penunjuk arah perlu dipasang. Selain itu, saya sependapat dengan Irene A. Muslim dan Klara Dewi, dari Universitas Tanjung Pura, bahwa kampus hendaknya tidak hanya dipelihara untuk membentuk citra eksternal secara fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan etika para staf, dosen, dan mahasiswa.
Program-program studi baru telah ditawarkan di Unja. Dibukanya jenjang program strata tiga (S3), merupakan kado istimewa. Pembukaan program studi baru ini akan berdampak pada rekrutmen staf akademik. Rekrutmen ini tidak mesti berbentuk penerimaan dosen atau staf baru melalui seleksi, tetapi juga dapat berupa mutasi dosen antar jurusan atau program studi sesuai kebutuhan, guna lebih mengoptimalkan kinerja dosen.
Pengembangan fakultas dan program studi baru di Unja diharapkan dapat menjawab tantangan pembangunan di era global.
Peletakan dasar bagi Unja untuk menuju universitas kelas dunia, dapat diupayakan melalui internasionalisasi pendidikan yang memerlukan strategi, program, dan kebijakan. Zainal Muktar, dari Universitas Bengkulu, menawarkan kerjasama bidang akademik, misalnya dengan cara: pertukaran dan atau saling berkunjung antar mahasiswa, dosen dan pimpinan institusi; pembelajaran bahasa asing. Perguruan tinggi juga harus menagih janji pemerintah untuk menfasilitasi kerjasama dengan luar negeri.
Penulis : K.A. Rahman, Dosen Universitas Jambi
Berangkat dari pola manajemen perguruan tinggi, terdapat dua pola kebijakan pendidikan tinggi. Dimana pola yang berorientasi kemajuan ilmu pengetahuan (the advancement of learning), dan pola yang berorientasi kemajuan pendidikan (the advancement of education). Taliziduhu Ndraha mengutip Raymond C. Gibson menjelaskan berdasarkan pola pertama, perguruan tinggi dirancang menjadi seperangkat kegiatan intelektual yang ditujukan pada upaya mengungkapkan kebenaran ilmiah melalui penalaran abstrak dan menguasai serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan menurut pola kedua, pemusatan perhatian dilakukan terhadap sumber daya manusia, yang harus responsif terhadap kondisi lingkungan dan masalah sosial-ekonomi serta politik.
Pada pola pertama, perguruan tinggi merupakan industri ilmiah yang menyelenggarakan riset yang memerlukan biaya besar dan tenaga ahli profesional. Produksi ilmu tentu tak cukup dilakukan melalui proses peniruan atau pelatihan, melainkan melalui riset.
Sedangkan pada pola kedua, yang dijadikan pusat perhatian adalah manusia sebagai sumber daya terpenting. Konsep sumber daya dibedakan menjadi sumber daya manusia dan sumber daya alam. Sumber daya alam dapat dibaharui melalui proses daur-ulang, tetapi sumber daya itu tidak bisa berpikir, merasa, bertindak, dan menciptakan.
Unja dapat memilih kedua pola itu, dimana membangun SDM melalui pendidikan adalah lebih penting. Pada Dies Natalis Unja ke-50 ini, perlu juga diperhatikan upaya membangun citra dan reputasi Unja. Penampilan Unja dari luar, misalnya taman, ketertiban parkir, pengaturan tempat sampah, serta rambu-rambu penunjuk arah perlu dipasang. Selain itu, saya sependapat dengan Irene A. Muslim dan Klara Dewi, dari Universitas Tanjung Pura, bahwa kampus hendaknya tidak hanya dipelihara untuk membentuk citra eksternal secara fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan etika para staf, dosen, dan mahasiswa.
Program-program studi baru telah ditawarkan di Unja. Dibukanya jenjang program strata tiga (S3), merupakan kado istimewa. Pembukaan program studi baru ini akan berdampak pada rekrutmen staf akademik. Rekrutmen ini tidak mesti berbentuk penerimaan dosen atau staf baru melalui seleksi, tetapi juga dapat berupa mutasi dosen antar jurusan atau program studi sesuai kebutuhan, guna lebih mengoptimalkan kinerja dosen.
Pengembangan fakultas dan program studi baru di Unja diharapkan dapat menjawab tantangan pembangunan di era global.
Peletakan dasar bagi Unja untuk menuju universitas kelas dunia, dapat diupayakan melalui internasionalisasi pendidikan yang memerlukan strategi, program, dan kebijakan. Zainal Muktar, dari Universitas Bengkulu, menawarkan kerjasama bidang akademik, misalnya dengan cara: pertukaran dan atau saling berkunjung antar mahasiswa, dosen dan pimpinan institusi; pembelajaran bahasa asing. Perguruan tinggi juga harus menagih janji pemerintah untuk menfasilitasi kerjasama dengan luar negeri.
Penulis : K.A. Rahman, Dosen Universitas Jambi