iklan PIAWAI: H Slamet dengan kepiawaiannya mengolah kedelai untuk menjadi tempe saat ditemui, kemarin.
PIAWAI: H Slamet dengan kepiawaiannya mengolah kedelai untuk menjadi tempe saat ditemui, kemarin.
Ketekunan selalu membuahkan sebuah kesuksesan. Ini dirasakan langsung oleh H Slamet, salah satu pengusaha tempe di Kota Jambi yang sudah menjalankan usahanya sejak 30 tahun belakangan. Namanya sudah tidak asing lagi di kalangan pedagang tempe.

----------------

KELURAHAN Rajawali merupakan salah satu sentra produksi pembuatan tempe di Kota Jambi. Salah satunya adalah H Slamet yang sudah malang melintang di dunia usaha tersebut. Usaha ini dijalankannya bermula dengan menghabiskan sebanyak 20 kilo kedelai sebagai bahan baku perhari. Namun, kini dia menghabiskan sebanyak 800 kg kedelai per hari.

Meskipun suhu siang itu cukup panas, namun tak mengurangi keramahan H Slamet saat ditemui. Lelaki berusia 50 tahun ini mulai bercerita tentang awal mula ia menjalankan usaha yang diturunkan oleh orang tuanya itu. “Dulu awalnya memulai dengan usaha kecil-kecilan. Saya merintis usaha sendiri dan mengerjalan sendiri,” terangnya membuka percakapan.


Lelaki kelahiran Pekalongan ini mengaku, dia sempat menekuni usaha batik di desa kelahirannya tersebut. Namun karena usaha ini tak terlalu menghasilkan, ia memutuskan untuk hijrah ke Jambi untuk memulai usaha pembuatan tempe. Tak disangka, lelaki ini kini dapat menciptakan lapangan kerja bagi delapan karyawannya.


Tempe yang dihasilkan didistribusikan di wilayah Jambi. Menurutnya, biaya produksi dan operasional perharinya membutuhkan dana sekitar Rp 500 ribu. “Penghasilan yang saya peroleh alhamdulillah dapat mencukupi untuk menghidupi keluarga saya,” pungkasnya. (*)


Penulis: YUNITA SARI. S

Berita Terkait



add images