Kondisi ini diperparah lagi oleh tidak adanya lampu penerangan pada malam hari. Parahnya kondisi jalan tersebut sangat dikeluhkan para pengendara. Beberapa warga setempat malah memanfaatkan kerusakan itu untuk mengais rupiah. Salah satunya, Bujang. Dia bersama beberapa rekannya memanfaatkan kerusakan jalan tersebut untuk sekadar mengisi waktu luangnya.
Mereka menimbun lubang yang ada dan melakukan perbaikan sebisanya dengan peralatan seadanya. Sebagai konpensasinya, mereka mengutip sumbangan dari tiap kendaraan yang lewat. Mereka bisa berada di jalan itu hingga seharian lamanya.
"Kami di sini tujuannya untuk memperbaiki jalan. Kami tidak memaksa jika pengendara tidak mau
memberi uang. Kami prihatin saja terhadap kondisi jalan ini, sebab sudah empat orang terjatuh di sini pada malam hari. Tetapi, hingga saat ini tidak ada perbaikan," ungkapnya kepada Jambiupdate.com saat ditemui di lokasi.
Bujang mengaku, baru sekali ini dia melakukan hal itu. Uang sumbangan yang terkumpul dari ‘pajak’ kendaraan yang lewat selanjutnya akan mereka bagi sama rata. Jumlahnya lumayan untuk menambah pendapatan keluarga.
Sementara itu, kondisi ruas jalan Jepang ke arah Desa Danau Kedap, Kec Marosebo, Kab Muarojambi, juga tak kalah parahnya. Kerusakan bahkan mencapai 10 Km lebih. Permukaan jalan yang nyaris tak lagi beraspal mencetak lubang menganga di mana-mana. Sehingga, jangan harap kendaraan, terutama mobil, bisa dipacu ngebut di ruas jalan ini.
Pantauan Jambiupdate.com, kondisi jalan yang juga bisa menuju lokasi situs candi Muarojambi ini, sepanjang tahun nyaris tak pernah mulus. Perbaikan dengan pengaspalan hanya mampu bertahan kurang dari setahun. Pasalnya, mobil-mobil besar dengan muatan karet, kelapa sawit, dan kayu yang melebihi tonase selalu melewati ruas jalan ini.
Menurut warga, sudah beberapa kali terjadi kecelakaan, akibat lubang yang besar dan dalam. Pada malam hari, apalagi sedang turun hujan, melewati jalan satu ini sangat riskan bagi pengendara.(*)
Reporter : Aldi Saputra.
Redaktur : Joni Yanto.