iklan Achir Sukaria, Pelukis Otodidak
Achir Sukaria, Pelukis Otodidak
Menjadi seorang seniman bagi sebagian orang mungin bukan pilihan yang menjanjikan kehidupan yang mapan. Selain itu, tentunya juga butuh panggilan jiwa dan bakat yang mendasar. Namun, pilihan inilah yang kini ditekuni Achir Sukaria.

Achir, begitu pria kelahiran Bandung pada 20 Februari 1972 ini biasa dipanggil, menjalani rutinitasnya sehari-hari sebagai seniman. Di kediamannya di Jalan Bangka, No 60, Kel Handil Jaya, Kec Jelutung, Kota Jambi, dia menuturkan kesibukannya kepada Jambiupdate.com.

Achir adalah seniman lukis. Berbagai lukisan telah dihasilkannya. Objek lukisannya macam-macam. Bisa orang, hewan, benda, tanaman, panorama, dan kaligrafi. Biasanya dia menggunakan media kanvas dengan cat minyak atau cat air.

Di sela-sela kegiatannya melukis, Achir juga mengajar anak-anak TK melukis di rumahnya. Kebetulan istrinya sendiri seorang Kepala TK di dekat rumah. Memperkenalkan seni lukis kepada anak-anak tidak gampang. Butuh kesabaran dan cara tersendiri. Achir sebenarnya belum lama berdiam di Kota Jambi. Dia baru saja datang dari Bandung ke Kota Jambi pada pertengahan 2012 lalu.

‘’Bagi saya, menjadi seorang seniman memang sudah tertanam dalam diri saya sejak kecil. Waktu kecil saya suka menggambar di tembok di Kota Bandung sana. Kebetulan istri saya dapat panggilan untuk menjadi Kepala TK di sini. Jadi, dari Bandung saya ikut istri saja,’’ ungkap Achir.

Di Kota Bandung sendiri nama pelukis berambut panjang ini sebenarnya sudah tidak asing lagi. Bisa dikatakan hampir semua seniman di sana mengenal nama Achir. Ini tak lepas dari kirah Achir yang konsisten dengan profesinya.

Kemampuannya melukis, menurut Achir, bukan dilatar-belakangi oleh pendidikan khusus yang memadai. Namun, hanya otodidak dan belajar sana-sini, termasuk melalui buku. ‘’Kalau melihat sesuatu, itu bisa langsung tercipta ide-ide menarik dalam pikiran saya. Salah satunya kalau melihat barang bekas’’ ungkap Achir.

Apa pun bentuk barang bekasnya, bagi Achir, tetap bisa ‘disulap’ menjadi karya seni. Setidaknya menjadi hiasan rumah. Mungkin lantaran darah seni sudah melingkupi seluruh jiwanya, sehingga dalam pikirannya selalu mengalir insting yang mungkin susah diartikan oleh orang lain.

Menurut Achir, menjadi seniman itu sepeti pecandu. Kenapa begitu? Karena, kalau tidak melukis, maka dalam hati akan muncul semacam panggilan yang meronta menginstruksikan kita untuk bergerak melakukan sesuatu yang kreatif. Menciptakan karya-karya yang unik dan bagus.

‘’Sebenarnya tujuan saya ke Jambi pengen membuat kantor sendiri, walaupun sekarang saya hanya punya beberapa kenalan seniman di sini. Rencananya untuk kedepan saya juga akan menggelar bebagai pameran. Cuma kendalanya, saat ini semua itu butuh rencana dan dana yang matang,’’ cerita Achir.

Dijelaskan Achir, jika menggelar pameran, maka dia harus bisa mempertanggungjawabkan karyanya kepada publik. Selama ini, pameran yang digelarnya masih sekadar menjual lukisan, seperti di GOR beberapa hari lalu. Achir punya rencana, kedepan akan ada pameran murni lukisan karya para seniman Jambi.

‘’Jadi, nanti setiap karya dituliskan nama penciptanya, label terbuat dari apa karya itu, dan tahun berapa diciptakan. Saya juga pengen di bulan Ramadhan nanti karya-kaya kaligrafi saya ini bisa terpajang di dinding hotel yang ada di Kota Jambi,’’ ujar Achir ramah.

Selama satu setengah tahun hidup di Jambi, hasil karyanya yang laku terjual sebanyak lima lukisan. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 3,5 juta Setiap hari Achir terus berkarya. Hasil-hasil karyanya saat ini dititipkan di beberapa tempat di Kota Jambi.

Bagi pengunjung Jambiupdate.com yang berminat mengoleksi lukisan karya Achir, bisa langsung datang ke rumahnya atau menghubungi Jambiupdate.com.(*)

Reporter : Aldi Saputra.
Redaktur : Joni Yanto.

Berita Terkait