iklan PAMERKAN: Mike Tursiy saat memperlihatkan salah satu lukisan buatannya.
PAMERKAN: Mike Tursiy saat memperlihatkan salah satu lukisan buatannya.
Lukisan menjadi salah satu tempat sejumlah orang untuk mengekspresikan apa yang mereka pikirkan. Media ini juga dapat menjadi tempat untuk memperkenalkan beragam kebudayaan. Seperti yang dilakukan oleh Mike Tursiy.

-------------------------

MENGENAKAN kemeja merah kotak-kotak dan topi yang juga bermotif kotak-kotak, lelaki ini terdengar ramah saat disapa. Dia adalah Mike Tursiy yang ikut memamerkan lukisan buatannya di Taman Budaya Jambi di kegiatan Temu Taman Budaya Se-Indonesia, kemarin.

Lelaki asal Sulawesi ini mengatakan, melalui goresan kuas di atas kanvas, dia mampu menggambarkan seluruh imajinasinya.  Disamping juga yang pasti untuk menyalurkan hobinya. Dia juga menganggap, dengan lukisan dia dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat.  


“kita juga bisa memperkenalkan berbagai budaya yang ada di Indonesia yang kita ketahui melalui lukisan,” kata lelaki yang mengaku sudah melukis sejak tahun 1982 silam ini.

Mike banyak menghasilkan lukisan dengan tema budaya, khususnya tentang Toraja. “Saya tertarik dengan nilai budaya yang unik dan alami yang ada di Toraja,” katanya.

Dia mengaku, awalnya dia bercita-cita menjadi penyanyi. Selain itu dia mengaku juga pernah hidup menjadi tukang las. Hingga akhirnya ia mantap memilih jalan sebagai seorang pelukis. “Sejak SMP saya memulai melukis secara otodidak dan saya hidup pun dari melukis,” akunya.


Disebutkannya, pameran lukisan pertama yang diikutinya adalah di Balik Papan. Dia mengaku juga pernah ditawarkan Graha Budaya Indonesia untuk pameran di Jepang. “Mereka menawarkan pelukis Sulawesi untuk pameran di Jepang,” sebutnya.


Tak hanya pameran di Jepang, Mike juga sempat pameran dua kali di Singapura dan di Thailand. “Di Singapura tahun 1998 dan 2000. Saya juga sempat pameran di Design Smith Gallery, Ohayo, Amerika Serikat. Lukisan saya juga jadi post card di Amerika,” ungkapnya.


Disebutkannya, selain lukisan abstrak, dia juga berusaha memperkenalkan kebudayaan melalui coretan kuas yang dilakukannya di kanvas. (*)

Penulis : GATOT SUNARKO

Berita Terkait