iklan PETI: Kawasan pertanian di Kabupaten Merangin yang hancur akibat PETI.
PETI: Kawasan pertanian di Kabupaten Merangin yang hancur akibat PETI.
Alih fungsi lahan memang merupakan momok yang menakutkan. Ratusan hektare sawah di kabupaten Merangin kini berubah fungsi menjadi lahan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI).

LAPORAN : Munasdi, Merangin

MENGIKUTI aparat Polres Merangin turun Kecamatan Pangkalan Jambu, kabupaten Merangin, ada perasaan sedih di hati ini. Maklum, daerah yang dulunya dikenal sebagai lumbung pangan, kini telah berubah. Ratusan hektare sawah di daerah ini telah disulap menjadi lahan pertambangan emas. Dan sepertinya masyarakat di sana menikmati hal itu.
Lahan-lahan sawah yang biasanya menghasilkan buliran padi, kini tidak terlihat lagi. Yang terlihat hanya gundukan batu di sana-sini bekas tambang emas tanpa izin tersebut.  

Bukan itu saja, saat ini sungai yang sepanjang kecamatan Pangkalan Jambu yang dulunya bisa digunakan warga untuk mandi dan konsumsi, sudah menghitam dan pekat. Ini akibat pencemaran oleh oli dan mercuri dari alat berat dan PETI yang setiap hari beroperasi tanpa henti.


Namun, masyarakat setempat tidak memperdulikan hal tersebut. Malahan mereka rela membiarkan sawah-sawah mereka digali hingga menjadi lahan batu. yang paling menyedihkan, masyarakat rela mengorbankan tanah persawahan mereka yang telah menjadi penunjang hidup demi mengharapkan adanya emas di tanah mereka.


Salah satu masyakat Perentak Kecamatan Pangkalan Jambu mengatakan saat ini lebih baik mencari emas dari pada bertani. Menurut mereka, cara PETI ini lebih menghasilkan walaupun harus merelakan sawah-sawah mereka menjadi sumur-sumur batu yang tidak bisa digunakan lagi untuk lahan pertanian.


"Ini lebih menjanjikan dari pada mendulang ataupun bersawah" ujar mereka.


Ketika, jajaran Polres Merangin yang dipimpin Kabag Ops Polres Merangin Kompol Ahyar dan Kasat Reskrim Polres Merangin AKP Syamsi Ubai datang, para penambang langsung berhenti operasikan eksavator.  


Dan warga masyarakat ini  langsung menyembunyikannya di tempat yang disediakan. Mereka juga tampak mengawasi anggota polisi yang masuk ke lokasi PETI.


Beruntung para polisi datang tidak untuk mengambil tindakan dan mereka melakukan pendekatan preventif dengan masyarakat dengan memberi arahan. Andaikan saja, petugas kepolisian langsung mengambil tindakan, kemungkinan besar keributan akan terjadi di lokasi peti. Karena  masyarakat sudah siap untuk melakukan perlawanan. Bahkan andainya terjadi kericuhan, kekuatan masyarakat lebih banyak dari pada kekuatan petugas kepolisian.


Salah seorang warga kecamatan Pangkalan Jambu yang ikut menjadi pemain PETI ketika diwawancarai sangat keberatan wartawan dan petugas kepolisian mengambil gambar. Karena mereka takut, terjadi hal-hal yang tidak diiinginkan apalagi didalam dokumen yang diambil tersebut ada gambar mereka.


"Kalau macam-macam, kalian. Batu besak ikolah jadi kami lempar, dak biso kalian lawan dak," ujarnya.


"Jadi kalian jangan macam-macam, kagek dak biso keluar. Apolagi di pasar itu udah ramai orang yang nunggu," tambahnya warga tersebut.(sumber: jambi ekspres)

Berita Terkait



add images