Budayawan, Ridwan Saidi menganggap keputusan para arkeolog Universitas Indonesia (UI) yang menyatakan keberadaan Kerajaan Sriwijaya di Kab. Muaro Jambi, Prov. Jambi, terlalu gegabah.
Dikutip dari Media Indonesia, Selasa (16/7), Para arkeolog UI ini merujuk pada penemuan petirtaan berupa sumur di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi, Juni silam.
"Yang ditemukan para arkeolog UI itu bukannya sumur, tetapi lubang buaya, itu tempat pembuatan tembikar yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Kerajaan Sriwijaya," papar Saidi.
Hal yang menguatkan pernyataanya tersebut lanjut Saidi yakni diameter sumur yang ditemukan tersebut hanya sebesar 40 cm.
"Yah mana ada orang yang muat nyangkul sumur di lubang segitu. Itu semacam lubang buaya yang terbentuk sendiri oleh alam karena ada proses pengambilan tanah liat untuk pembuatan tembikar. Sama seperti Lubang Buaya di Jakarta, jadi menurut saya terlalu gegabah seorang guru besar menyatakan menemukan Kerajaan Sriwijaya dengan bukti seperti itu saja," tukas Saidi.
Lebih lanjut Saidi mengemukakan teorinya bahwa Sriwijaya tidak berbentuk kerajaan melainkan semacam mobile force system yang mengawasi setiap terjadinya perdagangan di wilayah Sumatra Selatan. "Makanya itu sampai sekarang kita tidak bisa temukan buktinya itu properti kerajaan," ucap Saidi
Bukti yang menegaskan asumsinya tersebut, lanjut Saidi yakni ditemukannya banyak prasasti yang sifatnya teror ataupun ancaman di daerah Palembang yang memang kawasan dagang.
"Namanya juga force system mereka itu ya kerjanya menerapkan hukuman dan aturan mereka di suatu kawasan. Tapi berbeda dengan TNI misalnya, Sriwijaya ini selain mobile sifatnya juga mandiri," ujar Saidi menandaskan.
sumber : metrotvnews.com