iklan
Harga daging sapi di Jambi yang mencapai Rp 100 ribu per kilo dianggap tak normal oleh Menteri Pertanian (Mentan) RI, Ir H Suswono, MMA. Dia menilai, para pelaku usaha di Jambi terlalu banyak mengambil keuntungan dalam penjualan daging ini.

Menurutnya, berdasarkan hitungan dari koversi sapi hidup ke daging, nilai Rp 100 ribu sangat tidak wajar. Oleh karenanya, dia berharap para pelaku usaha dapat menurunkan harga tersebut. “Mudah-mudahan ada pengertian dari pelaku usaha terutama setelah pemotongan dan dijual. Jangan ambil keuntungannya terlalu tinggi,” ujarnya.

Penambahan Kuota Sapi
-- 25. 000 ekor sapi diimpor dari Australia
-- 13. 000 ekor bakal tiba di Indonesia 28 dan 29 Juli 2013
-- Operasi pasar Bulog sebanyak 3. 000 ton daging beku
-- Stok Sapi Indonesia 109. 000 Ekor
DATA: Berbagai Sumber

Mentan, kemarin mengunjungi lokasi integrasi sapi sawit milik PTPN 6. Selain itu, dia juga mengunjungi pasar ternak di Batanghari. Untuk menekan tingginya harga ini, katanya, pemerintah menyiapkan sapi siap potong sebanyak 25. 000 ekor. Sapi ini didatangkan dari Australia.

“Sapi ini didatangkan Dari Australia dan menjelang lebaran akan masuk pada tanggal 28 dan 29 itu masuk 13. 000. Dan sisanya menyusul. Ditambahkan lagi Bulog untuk operasi pasar dengan daging beku 3.000 ton. Saya rasa sudah cukup. Apalagi sebelumnya sudah ada stok 109. 000 ekor,” ungkapnya.

Dia mengatakan, barometer tingginya harga sapi adalah di Jakarata. Jika harga daging sapi di Jakarta sudah turun, maka di daerah juga akan turun. Saat ini, disebutkannya, harga daging sapi di Jakarta senilai Rp 90 ribu.

Soal swasembada daging, dia mengatakan memang saat ini masih jauh sekali realisasinya. “Saya kira kalau bicara swasembada dan bicara importasinya 10 persen, kita belum tahu konsumsi kita berapa porsinya. Namun dengan kenaikan kelas menengah yang tajam dan konsumsi daging meningkat maka pasti konsumsi berubah. Lalu berapa kemampuan suplay dari dalam negeri. Kalau sudah semua, apakah importasinya masih 10 persen,” katanya.

“Kalau masih 10 persen, berarti kita belum swasembada seperti yang diharapkan. Namun, tren menuju itu (swasembada, red) sudah ada dan diharapkan bisa tercapai. Syukur-syukur tahun depan. Kalau belum kita evaluasi lagi,” tandasnya.


sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images