iklan
KERINCI, Perambahan hutan dikawasan TNKS di Kabupaten kini semakin marak. Namun, hanya segelintir oknum perambah yang dibawa kemeja hijau. Humas Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS), Andre Ginson Rabu (31/7) kemarin membenarkan saat ini marak terjadi perambahan hutan dikawasan TNKS dalam Kabupaten Kerinci.

Beberapa kawasan TNKS yang marak terjadinya perambahan seperti di Gunung Tujuh, Kebun Baru, Masgo, Tamiai dan sebagian daerah Kabupaten Kerinci lainnya. "Sudah menjadi rahasia umum lahan TNKS marak perambahan. Sekarang perambahan sudah sangat luas di Kerinci," ujarnya.

Dikatakannya, pihaknya tidak melakukan pembiaran terhadap masalah ini, pihaknya sudah melakukan operasi gabungan sejak dari tahun 2011. Namun hasilnya tidak maksimal dan tidak ada efek jeranya, malah perambahan hutan semakin marak terjadi.

Selain operasi gabungan pihaknya juga telah sering melakukan sosialisasi dimasyarakat yang daerah kawasannya rawan akan terjadinya perambahan hutan di Kabupaten Kerinci. Bahkan pihaknya melalui kepala Resort TNKS juga telah mendata dan membuat surat pernyataan agar masyarakat tidak melakukan perambahan.

Namun pihaknya terkendala jumlah personil. "Personil kita disatu wilayah hanya dua orang, sedang perambah ratusan," ujarnya. 

Disebutkannya, jumlah perambah saat ini semakin bertambah. "Sekarang sudah sangat banyak, malah ribuan sekarang. Di Kebun Baru naik jumlah perambah," sebutnya.
Kondisi tersebut, lanjutnya sangatlah memprihatinkan, pasalnya selain merusak hutan juga membuat habitat satwa dikawasan TNKS menjadi terancam, sehingga memaksa satwa dikawasan TNKS masuk kepermukiman masyarakat.

“Gajah, harimau yang masuk kedaerah pemukiman masyarakat merupakan satu bentuk bukti bahwa perambahan hutan terjadi yang membuat mereka kehilangan tempat tinggal,”jelasnya.
Ditambahkannya, seringnya oknum masyarakat Kerinci yang merambah hutan kawasan dan masuk kedalam kawasan juga membuat satwa asli Kerinci juga menjadi sangat terancam.

Hal tersebut terbukti dengan makin banyaknya perburuan liar terhadap satwa di kawasan TNKS, seperti burung, harimau dan satwa lainnya.

“Sangat sering ditemui adanya perdagangan burung, bahkan beberapa waktu lalu ada harimau yang mati karena jerat yang dibuat masyarakat di Sungai Glampeh, ini merupakan persoalan yang sangat mengkhawatirkan,”jelasnya.

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images