iklan
Perputaran uang di Provinsi Jambi menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi Gubernur Jambi. Pasalnya, banyak kegiatan transaksi yang dilakukan pengusaha di Jambi. Akan tetapi,  hasilnya dibawa ke luar daerah. Sehingga, perputaran uang tak terjadi di Jambi.

Hal ini diakui sendiri oleh Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus (HBA) kepada wartawan, kemarin (12/8). Dia mengatakan,  terkait banyaknya perusahaan di Jambi yang melakukan transaksi di luar daerah ini menjadi kerisauan pemerintah.

“Jadi sudah dijual uang dibawa ke luar daerah. Itu sebabnya kita membuat surat edaran kepada perusahaan-perusahaan untuk membangun perusahaannya di Jambi. salah satunya dulu PTPN VI yang dulu di Sumatera barat. Sekarang sudah ada di Jambi. itu salah satu upaya,” katanya.

“Diharapkan ke depan pengusaha di Jambi juga demikian. Itu hal yang sangat memprihatinkan dan sangat memberatkan kepala daerah dan jadi pikiran. Semua menghabiskan uangnya diJakarta,” tambahnya.

Akan tetapi, sambungnya, penyebabnya terjadinya hal itu juga tak terlepas dari kebijakan pemerintah pusat yang mengarahkan pembangunan industri hanya di Jakarta dan jawa khususnya.

“Harusnya jangan begitu. Harus bisa menyebar di luar Jawa, khususnya Sumatera. Namunh itu terkait juga dengan sumber daya, infrastruktur, pelabuhan, listrik dan sebagainya. Ini tergantung kebijakan pusat harus menekan penyebaran industri. Dan belajar dari jepang, china misalnya,” sebutnya.

Hanya saja, ibukota setiap Provinsi yang ada di Indonesia harus mempersiapkan infrastruktur dan kebutuhan untuk menunjang pertumbuhan sektor industri tersebut. “Tinggal lagi ibukota Provinsi itu menjadi pusat perkembangan ekonomi terntentu harus siapkan kebutuhannya,” pungkasnya.

Sementara itu, penukaran uang sebelum lebaran di Provinsi Jambi mengalami peningkatan. Menurut Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus (HBA) di tahun lalu, berdasarkan laporan dari pihak Bank Indonesia (BI), penukaran uang sebesar Rp 800 Miliar (M).

Sementara di tahun ini, jumlah penukaran uang yang dilakukan masyarakat mencapai Rp 900 M. Kepada wartawan, dia menyebutkan, ke depan, pihaknya akan terus mendorong perbankkan di Jambi dapat bersaing dengan sehat. “Lagi pula pertumbuhan ekonomi kita cukup bagus. Namun inflasi cukup tinggi dibandingkan tahun lalu. Namun dari nasional kita masih dibawah,” katanya tanpa menyebut angka pastinya.

Hal itu, disebabkan oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan menghadapi puasa serta lebaran. Sehingga, terjadi peningkatan harga sembako. “Namun kita sudah melakukan penekanan dan intervensi seperti daging. Namun terjadi peningkatan masih dibatas wajar saya masih mentolerir,” ujarnya.

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images