Meski Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2015 masih berlangsung lama. Tapi, nama para kandidat calon gubernur (Cagub) mulai bermunculan di tengah-tengah masyarakat. Meski diantara nama yang beredar belum ada yang memastikan maju, tapi telah hangat dibicarakan di tengah masyarakat. Bahkan, masyarakat sudah mulai menyandingkan antara pasangan yang satu dengan yang lain.
Diantara nama-nama yang beredar tersebut, selain calon incumbent, Hasan Basri Agus (HBA) ada juga nama lain. Seperti Zumi Zola yang saat ini menjabat sebagai Bupati Tanjabtim, Usman Ermulan yang juga menjabat sebagai bupati Tanjabar, Sy Fasya walikota Jambi terpilih, Sukandar, Bupati Tebo, Cek Endra Bupati Sarolangun, Zulfikar Ahmad mantan Bupati Bungo, dan lain-lain.
Bahkan ada juga kelompok masyarakat yang telah menyatakan dukungannya kepada salah satu nama tersebut. Seperti saat HBA melakukan kunjungan kerja ke Jangkat, Merangin baru-baru ini misalnya, para tokoh adat telah menyatakan tekad untuk mendukung HBA kembali menjadi orang nomor satu di Provinsi Jambi periode berikutnya. Zumi Zola juga demikian, ia sudah mulai rajin melakukan kunjungan-kunjungan dan kegiatan sosial lainnya.
Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad saat dimintai tanggapannya mengatakan, pemilihan gubernur tinggal sekitar dua tahun lagi. Waktu dua tahun ini sudah terlalu singkat bagi kandidat untuk mensosialisasikan diri.
“Seharusnya tiga tahun sebelum Pilgub sudah mulai berjalan, karena saat ini proses politik instan agak mulai ditinggalkan. Kalau pun tidak ditinggalkan, ia akan kalah dengan orang yang terlebih dahulu memulai start,” katanya.
Ia mencontohkan, seperti yang terjadi di Kota Jambi, Sy Fasha yang telah jauh-jauh hari memulai start berhasil mengungguli kandidat lainnya. Ia juga memperkirakan hal serupa akan terjadi di Pilkada Kerinci yang akan berlangsung 08 September mendatang.
“Jadi orang yang memulai lebih lama itu memiliki peluang lebih besar. Karena popularitasnya akan lebih tinggi daripada orang yang memulai belakangan. Kalau untuk pemilihan gubernur, dua tahun sebelum hari H itu agak telat, lebih bagus itu tiga tahun sebelumnya itu sudah mulai,” sebutnya.
Bagi yang berminat, menurutnya sejak dini sudah harus mencitrakan dirinya kepada public bahwa dia adalah seorang calon pemimpin yang baik dan bisa membawa perubahan.
“Tapi ia harus popular dahulu. Orang memilih itu setelah orang mengenal, kalau diujung-ujung belum sempat terkenal itu sulit membuat orang memilih. Persoalan mau dengan terang-terangan mengatakan akan mencalonkan diri untuk menjadi gubernur atau tidak itu tidak masalah,” jelasnya.
Start terlebih dahulu bukan hanya memberitahu akan menjadi calon gubernur. Tapi start memberitahu kalau siap menjadi pemimpin yang mempunyai integritas dan bisa dipercaya membawa harapan untuk masyarakat.
“Bisa saja turun dalam kapasitas sebagai ketua partai atau kapasitas lainnya. Yang penting orang mengenal figur, mengenal sebagai orang baik, jujur dan bagus kinerjanya,” ujarnya.
Jadi masalah waktu itu sangat penting. Apalagi dituturkannya, ke depan pertimbangan orang memilih itu sudah mulai bergeser dari hanya sekedar faktor sosiologis yaitu yang berhubungan dengan suku, agama, keluarga, wilayah dan lainnya ke factor lain yang justru lebih fundamental.
“Misalnya harapan orang akan lebih maju, harapan yang dipilih itu bisa menjadi pemimpin baik dan lain sebagainya. Pemilih sudah mulai seperti ini sekarang,” tuturnya.
Apalagi Provinsi Jambi mempunyai wilayah yang cukup luas. Jika telat mensosialisasikan diri tentu akan membuat banyak masyarakat tidak kenal.
“Kalau orang tidak kenal pasti tidak akan memilih, orang memilih itu setelah orang kenal. Bahkan sudah kenal pun belum tentu memilih. Jadi calon pemimpin itu harus memberitahu bahwa dia orang baik dan bisa memimpin,” tukasnya.
Dalam politik, walaupun sebenarnya kandidat bukan seseorang yang teramat baik, orang banyak harus tahu kalau dia baik. Karena politik ini berhubungan dengan pemilih, suara orang per orang, mereka yang akan menentukan.
“Jadi harus menjadi orang baik yang diketahui banyak orang, walaupun sebenarnya dia tidak baik-baik amat. Namun secara etis tentu dia baik dan orang harus tahu kalau dia baik,” katanya.
Selain itu, waktu dua tahun yang singkat ini juga terganggu dengan kesibukan menghadapi Pemilu 2014.
Nasuhaidi, Pengamat Politik Jambi lainnya juga tidak jauh berbeda dengan Jafar. Menurutnya waktu dua tahun untuk melakukan sosialiasi menjelang Pilgub ini relative singkat.
“Kalau bagi incumbent, atau kepala daerah lainnya yang sudah popular waktu dua tahun ini relative cukup. Tapi bagi pendatang baru, waktu dua tahun itu terlambat. Karena selain memperkenalkan diri, ia harus memberitahu masyarakat tentang trackrecord selama ini,” ujarnya.
Menurutnya, bagi incumbent atau kepala daerah yang masih menjabat ingin maju di Pilgub, jangan melakukan kampanye secara langsung sejak dini hari. Karena ini akan menggangu kinerjanya sebagai kepala daerah.
“Kalau sebatas wacana tidak masalah, jangan langsung melakukan gerakan, ini akan berpengaruh terhadap kinerja kepala daerah dan integritas birokrasi akan terpengaruh,” tukasnya.
Silahkan sosialisasi tidak dengan bicara langsung, biarkan masyarakat yang menyuarakan itu. Ia harus memberikan yang terbaik dengan kapasitasnya saat ini.
“Berikan sinyal-sinyal bersedia dicalonkan, atau ada pihak lain yang menghembuskan keinginannya. Buat kinerja yang bagus, selain menguntungkan masyarakat juga akan menguntungkan ia sendiri.,” pungkasnya.
sumber: jambi ekspres