Moderennya zaman, dimana sarana transportasi sudah sangat mudah didapatkan, rupanya tidak membuat para penumpang lari dari keunikan salah satu alat transportasi tradisional yang satu ini. Sado, sampai saat ini masih diminati warga.
Sore Sabtu (7/9) kemarin, beberapa sado masih terparkir di kawasan simpang sado, Pasar Kota Jambi. Muhammad Yusuf (53) seorang kusir sado tampak sedang menunggu penumpang.
Saat ditemui media ini, Yusuf tak sungkan untuk menceritakan bagaimana perjalannya sebagai seorang kusir. Banyak yang cerita hidup yang ia dapatkan sepanjang ia menjadi kusir dari tahun 1985.
"Ini sudah menjadi hobi saya, jadi bekerja saya tidak ada beban, kadang ada penumpang kadang sepi itu sudah menjadi keseharian saat ini," ujarnya.
Dari tahun 1985 ia membawa kuda tersebut, sudah banyak perubahan yang ia alami, mulai dari jumlah para pembawa sado-sado itu sendiri, yang awalnya mencapai ratusan orang, namun kini tinggal 5 orang saja yang bertahan.
Lanjutnya keadaan ini tersebut dialami dikarenakan sepinya penumpang dan hingga saat ini, hari-hari yang ramaipun tidak bisa dipastikan hari apa.
"Ya mungkin perubahan zaman, yang awalnya pakai sado, sekarang pakai mobil pakai motor," ujarnya.
“Sado saat ini untuk rekreasi saja bagi warga, jadi mereka naik sado untuk senang-senang, bukan jadi alat transportasi,” tambahnya.
Satu sado sendiri, menurutnya tidak bisa membawa 3 atau 4 orang. Selain jumlah, yang berbeda saat ini adalah rute yang bisa ditempuh. rute yang ia lalui hanya seputaran pasar dan daerah Ancol saja.
"Ya hanya didaerah-daerah sini saja, dari sini mutar ke pasar, Ancol, ya kurang lebih 50 ribu untuk sekali putar," tuturnya.
Salah satu yang sangat diperhataikan sebagai kusir sado, adalah kesehatan kuda. Namun menurutnya, karena sudah terbiasa, perawatannya kura bagi Yusuf tidak terlalu rumit.
“Asalkan rutin saja dikasih makan dan tidak dibiarkan jika sakit, kuda tidak sulit merawatnya,” ungkap Yusuf. "Kalau sakit harus cepat-cepat obatinya," tutupnya.*
penulis : gatot sunarko / je