iklan
PIDATO HBA Selasa, 25 September 2013  di ruang kuliah S3  IAIN STS Telanaipura, dalam rangka pembukaan kuliah umum program Magister dan program Doktor begitu menggugah.     Setelah  berdiri di podium,  HBA mengawali pidatonya dengan penghormatan kepada sekitar 250 an hadirin yang terdiri dari  Mahasiswa S2 dan S3,  termasuk Rektor IAIN, Direktur S2, plus sederet Staff  Pengajar bergelar Doktor,  dan Wakil Bupati  Sarolangun.

Dengan lugas HBA menyatakan (kutip) ; “Dalam kesempatan ini tidak usahlah saya orasi ilmiah-ilmiahan, biaso biaso be lah”,  katanya - sambil melirik ke bawah, ke arah Rektor dan Direktur S2.

Selanjutnya, Gubernur yang barusan dianugerahi Bintang Maha Putra Kelas Utama dari Kepala Negara dan menerima “Pena Mas” yang sarat dengan prestasi dan prestise itu  membeberkan secara ringkas hampir seluruh segi  pembangunan yang sedang dan yang akan dilakukan di provinsi Jambi, lalu  pidatonya menjurus  kearah peningkatan kuliatas pendidikan putra putri daerah di provinsi Jambi dimasa masa datang.

Disalah satu bagian pidatonya, dengan wajah ceria HBA mengatakan (kutip);  “Sarolangun berada pada urutan  paling atas dalam menyambut program pendidikan S2 dan S3 IAIN ini  dibanding  Kabupaten/kota lain yang ada di Jambi. Dari sekitar 250 an Mahasiswa  S2 dan S3 sekitar 100 lebih berasal dari Kabupaten Sarolangun” ujarnya bersemangat.  Tak ayal lagi, pernyataannya  itu disambut  tepuk tangan meriah hadirin, HBA pun membalas tepukan  dengan senyum “sumringah”  yang sangat cerah.

Setelah riuh tepuk tangan reda, dan HBA meneruskan pidatonya. Tiba tiba saya heran, wajah cerah “sumringah “barusan saya lihat tadi serta merta berubah begitu cepat menjadi  serius , malah kelihatan sedih dan prihatin. Terdengar lagi kata katanya ( kutip) ; “Jambi punya 11 Kabupaten/kota, cuma Kabupaten Sarolangun menyambut  kesempatan memperoleh pendidikan yang sedang digalakkan dan difasilitasi Pemerintah ini dengan serius dan antusias”, ujarnya lantang.  Kemudian, katanya lagi ; “Dan kalau keadaan ini tidak diantisipasi, tidak diikuti putra putri Kabupaten/Kota yang lain maka dalam waktu tidak lama hal ini menjadi gejala yang tidak sehat, akan terjadi ketimpangan  kualitas pendidikan antara putra putri Sarolangun dengan putra putri daerah lainya di Provinsi Jambi”, lanjut  HBA dengan wajah serius dan prihatin.

Menurut hemat saya,  kesedihan HBA atas keadaan timpang itu bukan tanpa alasan. Bilamana setiap tahun IAIN menerima ratusan Mahasiswa S2 dan S3 yang didominasi putra daerah  Sarolangun tentu tidak sulit dibayangkan bahwa dalam waktu tidak terlalu lama kualitas SDM dari Sarolangun jauh melampaui SDM  daerah lain –terjadi ketimpangan. Dan, ketimpangan seperti inilah yang tidak dikehendaki oleh HBA.  Hal itu pula yang merubah wajahnya, dari senyum gembira menjadi serius dan prihatin itu tadi.

Saya pikir  - mudah mudahan saya tidak salah-  keinginan HBA ialah bahwa makin banyak putra daerah Jambi memiliki kualitas pendidikan yang baik   - dan sekali gus adanya pemerataan disemua daearah -  hal itu semakin baik. Sungguh, kondisi sehat seperti itu bukan saja menjadi obsesi (harapan) HBA, tapi juga menjadi harapan masarakat Jambi pada umumnya.
(Masih dalam pidato itu) HBA coba menghilangkan rasa prihatinnya dan sedihnya itu dengan bercerita ( kutip) : “Kalu kebetulan sayo jumpo  samo orang yang berprestasi  (dalam pendidikan) ,lalu sayo tanyo  “oi” kau tu orang mano “?. “kemudian orang itu menjawab “sayo orang “Jambi, ...nah – ujar HBA ... jawaban bahwa orang itu dari Jambi , bagi sayo  “ jadilah, cukuplah” . Mendengar jawaban bahwa yang berprestasi itu orang Jambi  nampaknya merupakan jawaban pemenuhan kepuasan bathin tersendiri bagi HBA.

Kembali HBA membeberkan ( kutip) ; “Barusan sayo menerima tamu di rumah dinas,  orang itu ngatokan berasal dari Jambi dan  akan ke Rusia dalam rangka sekolah . Nampaknyo dia perlu bantuan, dan  saat itu jugo sayo langsung mengeluarkan uang dari kantong sendiri dan memberikan kepada  orang tersebut dengan tujuan agar urusan sekolah ke luar negri itu lancar, dan tidak usah menunggu prosedur segalo macam”. Cerita HBA meyakinkan. Begitulah respon kongkrit HBA terhadap putra daerah Jambi  yang benar benar ingin meningkatkan kualitas pendidikannya.

Tentu saja memang ada Gubernur Jambi sebelum HB juga memiliki komitment terhadap pendidikan untuk putra daerah;  sebut saja misalnya Almarhum Abdurrahman Sayuti dengan karya kongkritnya (Titian Teras) yang sangat terkenal itu.  Cuma,  bedanya, HBA tidak hanya mencanangkan obsesi/keinginannya terhadap pendidikan putra daerah semata , tapi secara tegas merumuskan program programnya ,kebijakan kebijakan, insentif- insentif , dan mengawal sendiri pelaksanaan/realisasi program pendidikan. Temasuk keinginannya yang kuat  melihat keberhasilannya terwujud - His dreaming will come true as soon as possible.

Penutup

Beruntunglah saat ini Jambi punya Gubernur dengan segudang harapan (obsesi)yang ideal terhadap pendidikan , memiliki konsistensi yang tinggi dalam pelaksanaan program yang terkait, terbiasa dengan “alam pikiran” ( Zeitgeist/state of mind) yang searah dengan kehendak ( iradah) masarakat pada umumnya.Harapan HBA yang tercermin dalam pidatonya itu  pantas “di acungi jempol”.

Memang, HBA merupakan sosok pemimpin yang langka yang masih tersisa. Obsesinya terhadap pendidikan patut disambut dengan lapang dada ;  wajar untuk disyukuri dan sekaligus kita dukung dengan sepenuh hati. Insya Allah.

Penulis adalah Ketua LSM Humanisma Provinsi Jambi, Alumni Fak. Sospol UGM Yogya, Mahasiswa Pasca Sarjana, jurusan Filsafat Islam (IAIN STS Jambi).

Berita Terkait



add images