iklan ARMINA : Ini merupakan lokasi padang Arafah tempat puncak haji. 
Menjelang ke Armina, maka JCH melakukan survey terhadap lokasi 
pemondikan jamaah haji asal Jambi.
ARMINA : Ini merupakan lokasi padang Arafah tempat puncak haji. Menjelang ke Armina, maka JCH melakukan survey terhadap lokasi pemondikan jamaah haji asal Jambi.
Sepekan menjelang keberangkatan jamaah haji ke Arafah, Musdalifah dan Mina (Armina), maka pada Selasa (08/10) kemarin kloter 3 yang tergabung dalam Maktab 44 melakukan survey lokasi Arafah, musdalifah dan mina untuk melihat kemah pemondokan kloter 3 Embarkasi Batam.

Menurut Ketua Kloter 3 Embarkasi Batam, Wahyudi Abdul Wahab bahwa Kloter 3 bersama kloter lainnya yang tergabung dalam Maktab 44 telah melakukan survey pemondokan kloter 3 di Arafah, Mudzdalifah dan Mina. Untuk Maktab 44 terdiri dari 8 kloter.

“Untuk survey ini tiap kloter cuma dijatah 5 orang, yaitu Ketua Kloter, pembimbing ibadah, perwakilan Tanjung Jabung Barat, Muarojambi dan Batanghari,” ujar Wahyudi saat dihubungi, kemarin.

Namun demikian, menjelang puncak haji yang akan berlangsung sepekan lagi, jamaah haji diminta harus mempersiapkan segala sesuatu.  Syarat yang paling utama yakni jamaah harus mempunyai fisik yang kuat. Kesiapan fisik diperlukan karena semua kegiatan di Armina menguras energi yang sangat besar.

Selain itu, jaga kesehatan dengan jangan memaksakan ibadah sunah yang berlebihan. “Jika ada yang sudah melaksanakan umroh lima kali atau tujuh kali disetop dahulu, simpan tenaga untuk pelaksanaan Armina,” tuturnya.

“Saat di Arafah menuju Musdalifah dan Mina sebaiknya membawa makanan yang mengenyangkan, bergizi, dan menyehatkan. Misalnya bawa kurma, pisang ambon, dan roti, karena bisa jadi kita seharian di perjalanan. Padahal jaraknya hanya 13-15 kilometer antara Arafah sampai Mina bahkan ada pengalaman semalaman baru bisa tembus di Mina, oleh karenanya jaga kesehatan,” paparnya.

Katering bagi jamaah haji Indonesia saat menjalani proses Armina (Arafah, Mina, dan Muzdalifah) akan disajikan tanpa menu sayur.  Tidak adanya menu sayur bukan karena tidak mau memberikan menu yang baik, tetapi sengaja untuk kesehatan jamaah haji dan diganti dengan buah,

Sajian tanpa sayur itu akan diberikan pada 8 Dzulhijjah (malam), 9 Dzulhijjah (malam), 10 Dzulhijjah (pagi), 12 Dzulhijjah (siang), dan 13 Dzulhijjah (siang). Adapun alasannya, pada saat kelima waktu tersebut kedatangan maupun keberangkatan jamaah haji tidak bisa dipastikan waktunya karena kepadatan lalu lintas.

Sehingga apabila diberi sayuran akan kedaluwarsa ketika jamaah tiba sehingga berisiko membuat mereka keracunan. Pihak ketua kloter bersikap aktif melakukan pengecekan sebelum makanan diberi kepada jemaahnya untuk meminimalisisasi risiko keracunan.

sumber: je

Berita Terkait



add images