iklan BERISTIRAHAT: Susilawati saat dijumpai tengah beristirahat dari aktivitas mencari sampah plastik untuk dijual kembali.
BERISTIRAHAT: Susilawati saat dijumpai tengah beristirahat dari aktivitas mencari sampah plastik untuk dijual kembali.
Himpitan ekonomi memang terkadang memaksa seseorang untuk melakukan kegiatan yang tak lazim bagi anak-anak. Seperti yang dilakukan Susilawati yang rela mengais sampah untuk mencari rezeki dan membantu orang tuanya.

CUACA siang kemarin terasa mendung ketika harian ini berjumpa dengan Susilawati (6). Dia terlihat tengah duduk di sisi Tempat Pembuangan Sampah (TPS) disekitar SMP 7 Kota Jambi. Wajahnya tampak lusuh dengan debu jalanan yang menempel.

Saat itu, dia mengenakan baju berwarna kuning dilengkapi topiyang menutupi rambutnya. Kepada media ini, dia mengaku sedang menunggu orang tuanya yang akan datang menjemputnya sedari mencari sampah plastik, sama sepertinya.

Tak lama berselang, hujan gerimis mulai turun. Namun bocah kelas 2 SD ini tak beranjak dari tempatnya dan tetap setia menunggu kedatangan orang tuanya. Dia tampak ramah menjawab ketika ditanya tentang keberadaannya di TPS tersebut.  “Saya kerja bantu bapak,” ujar bocah 6 tahun ini.

Diakuinya, setiap hari memang dia selalu membantu orang tuanya mencari sampah plastik. Rutinitas itu dilakukan setelah ia pulang dari sekolah. “Cari plastik, kalau dapat nanti dijual biar dapat duit,” sebut Sulistiawati polos.

Hasilnya, sampah plastik itu kemudian akan ia jual bersama dengan orang tuanya dan uangnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tak lama berselang, orang tua bocah ini datang dengan mengunakan sepeda motor. Dia juga tampak usai mencari sampah plastik.

Dahlan, orang tua Sulistiawati mengaku, jika putrinya tersebut sering ia bawa untuk membantunya mencari sampah plastik. Namun, dia mengatakan, aktivitas tersebut dilakukan selepas putrinya itu pulang dari sekolah. “Dio terus ikut aku, setelah jam sekolah selesai. Saya tidak mau ganggu pelajarannya,” ungkap Dahlan.

Dia mengaku, saat ini bertempat tinggal di kawasan Simpang Rimbo. Menurutnya, sebenarnya dia tak ingin menjadi pengais sampah. Namun, ia mengaku terpaksa menjalaninya.

Diceritakannya, 3 tahun lalu dia sempat menjadi penjual bakso keliling, sebelum kendaraannya untuk berjualan dicuri. “Kalau ado kerjo lain enaklah kito kerja lain, apo lagi yang kito ambil untuk dijual adalah bekas barang orang,” keluhnya.

Hasil dari mengais sampah, katanya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan satu hari. “Paling Rp 30 ribu. Langsung habis untuk kebutuhan satu hari juga,” ujarnya.

Penulis : JUNIADI/JE

Berita Terkait