iklan foto: dok/je
foto: dok/je
Tato atau rajah tubuh memang memiliki dua sudut pandang yang berbeda satu sama lainnya. Sebagian menganggap gambar tatto mewakilkan kesan-kesan buruk, nakal, dan benggal. Sementara sebagian lainnya menganggapnya sebagai sebuah simbolis, suku, religi, ritual, atau bahkan kesucian dan kecantikan, seperti pandangan masyarakat Maori di Selandia Baru.

Perkembangan tatto semakin mengalami perkembangan. Hingga saat ini, gambar tattoo sudah banyak menjadi trend masyarakat saat ini terlepas dari pro dan kontranya. Para seniman pembuat gambar tatto pun sudah tak terhitung jumlahnya. Begitu pula dengan pecinta tatto yang merambah kesemua kalangan seperti para remaja dan orang tua sekalipun, dan banyak juga kalangan artis yang mentatto tubuhnya untuk menambah keindahan pada tubuhnya.

Keahlian dan bakat Kudeni atau yang sering disapa D’not  dalam membuat gambar tattoo sudah  dimulai sejak ia bekerja disebuah studio tatto dengan belajar secara otodidak. Melalui mesin tatto pertama yang dimilikinya, seniman tatto asal Jambi  ini bahkan sering membuatkan gambar tatto kepada teman-teman.

“Awalnya saya ngak suka dengan tatto, tapi karena hasil buatan tatto saya cukup memuaskan dan mendapat respon yang baik dari  teman dan pelanggan. Saya meneruskan untuk membuka sebuah studio tatto,” jelasnya.

Selama beberapa tahun memberikan pelayanan tatto kepada sahabat-sahabat dan pelanggannya, D‘not mendirikan studio tatto sendiri pada tahun 2012 yang diberi nama D’not tatto yang beralamat di Jl. AR. Hakim No. 58 Simpang IV Sipin RT 18 Depan Kampus IAIN Telanai Pura Jambi. Nama D’not terus melejit, bukan hanya di kota Jambi, melainkan juga sampai ke luar Kota Jambi seperti Tebo, Bangko dan daerah–daerah lain. Selain membuat tatto ia juga melayani hal lain seperti inai pengantin, sulam alis, sulam bibir dan sulam aileners.

Perlu di ketahui, dalam proses pembuatan tatto D’not mengutamakan keseterilan dari alat – alat yang digunakannya untuk membuat tatto. Dengan mengganti jarum setelah satu kali pemakaian dan merendam alat dengan alkohol untuk membunuh kuman yang ada pada alat tersebut. Untuk harga yang ditawarkan berfariasi mulai dari harga Rp 200.000 hingga jutaan rupiah.

“Saya berharap agar bisa membuka studio tatto yang lebih besar lagi dan di tempat sendiri. Untuk omset yang saya dapat tegantung dari sepi ramainya pelanggan yang datang,kalau lagi ramai bisa sekitar Rp 20 juta, kalau sepi pengunjung ya bisa sekitar Rp 8 juta,” Tuturnya mengahiri pembicaraan.

sumber: je

Berita Terkait



add images