iklan
Dibawah kepemimpinan Gubernur Jambi, H Hasan Basri Agus, ekonomi di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini mengalami pertumbuhan yang cukup melesat. Bahkan tertinggi di Sumatera. Hanya saja, pertumbuhan ini tidak diimbangi dengan pemerataan. Artinya, belum semua level masyarakat menikmati pertumbuhan yang tinggi tersebut.

Hal ini terungkap  pada diskusi yang digelar oleh Jambi Ekspres bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Jambi serta Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Jambi di lantai II gedung Graha Pena Jalan Pattimura, Senin (30/12) lalu.

Pertumbuhan ini juga dibarengi dengan laju inflasi yang tinggi. Dimana sampai dengan akhir tahun  tercatat inflasi Jambi sebesar 8,31 (yoy) hingga bulan November dan bisa tembus sampai dengan 9 hingga akhir tahun apabila konsumsi masyarakat meningkat.

Dari data yang dipaparkan oleh Bank Indonesia (BI) dan BPS Provisni Jambi memang mengalami kenaikan. Namun ada perbedaan data dimana BI menyebutkan bahwa pertumbuhan Ekonomi Jambi diangka 7,59 persen sementara BPS menyebutkan sudah mencapai 8,31 persen.

Pertumbuhan Ekonomi Jambi tersebut dipengaruhi oleh beberapa sektor, diantaranya, pertambangan, perkebunan, pertanian, industri, listrik, bangunan properti, dan sektor lainnya. Namun dalam hal laju inflasi, BI Perwakilan Jambi memprediksi pada tahun 2014 mendatang akan terjadi penurunan inflasi menjadi 5,11 (yoy) dari 8,31 (yoy) pada tahun 2013.

Naiknya inflasi pada tahun 2013 dikarenakan  Efek kenaikan BBM, produksi hortikultura diperkirakan menurun seiring masuknya musim penghujan, Potensi Risiko seperti peningkatan permintaan Hari Besar Keagamaan. Dan dari data yang disampaikan oleh BI dan BPS, proyeksi pertumbuhan ekonomi Jambi pada tahun 2014 mendatang akan melambat, paling tinggi diangka 7,8 persen, sementara inflasi akan juga akan melambat yaitu 5,11 (yoy).
--batas--
Menanggapi data BI Perwakilan Jambi dan BPS Provinsi Jambi, pengamat Ekonomi Jambi Prof Dr Syamsurizal Tan menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Jambi khusunya pada ekonomi makro masih rendah. Padahal pada sektor ekonomi makro tersebut Jambi memiliki potensi yang besar, namun belum digerakkan menjadi pendukung semua sektor, terutama sektor swasta untuk mendorong perkembangan Ekonomi Jambi.

“Dalam hal infrastruktur Jambi juga tidak mendukung. Karena banyak jalan yang belum baik. Sehingga cost yang dikeluarkan cukup tinggi berdampak pada inflasi,” katanya.

Dekan Fakultas Ekonomi ini juga menilai, pertumbuhan ekonomi Jambi tidak dinikmati oleh semua golongan. Dimana terjadi ketimpangan pendapatan. Dan kelas menengah lebih menonjol. Kebijakan pemerintah memang sudah cukup membantu pertumbuhan ekonomi.

Namun secara struktur ekonomi belum terangkat. Pada tahun 2014 mendatang prediksi pertumbuhan ekonomi akan terjadi perlambatan, tapi indikator-indikator lain seperti ketimpangan pendapatan akan mejadi membaik. Ini disebabkan BI Rate untuk kalangan atas akan lebih diperketat sehingga golongan menengah dan bawah mulai berlomba dan berkembang pesat. Apalagi di Jambi perkembangan ekonomi kecil sudah cukup membaik.

‘’Pada dasarnya Jambi merupakan daerah yang potensial untuk mengembangkan usaha kecil, maka dari itu pula jangan sampai pihak perbankan terlalu pro dengan perusahan besar,’’ tuturnya.

Sementara itu, pemerintah sangat pro dengan sektor bawah dan UMK atau UMKM. Pertumbuhnan ekonomi Jambi pada tahun 2013 tidak terlalu mengganggu. Karena Jambi sudah berada di Indeks aman sehingga banyak investor karena Jambi daerah yang berpotensi untuk dilirik dalam hal investasi.  “Dalam hal Inflasi kita tidak perlu banyak dipusingkan, yang penting sisi suplai terpenuhi termasuk dalam hal alokasi anggaran yang berkaitan dengan inflasi,” tegas Dekan FE Unja ini.

Tan menambahkan, Ekonomi Jambi yang tinggi juga merupakan salah satu bentuk keberhasilan pemerintah. Tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat Jambi lebih baik dari daerah lain. “Namun pertumbuhan ekonomi kita harus paralel dengan pertumbuhan lainnya,” imbuhnya.

Dari sisi Ekonomi Mikro, pengamat ekonomi Makro, Dr Tona Aurora Lubis, SE., MM menilai fokus usaha mikro kecil tetap meningkat, pertumbuhan usaha pada tahun 2013 lebih produktif. Sebagai bukti nyata seperti warung-warung kecil, bandrek terus tumbuh, ini karan jambi terbantu karena faktor demografi. “Tahun 2014 saya menilai bagaimana kita fokus pada perbaikan bidang pendidikan, teknologi dan infrastrutur serta bagiamana mempertahankan arus masuk dari luar Jambi khususnya dibidang bisnis mikro,” sebutnya.
--batas--
Ketua STIE Muhammadiyah Jambi sendiri,  Sofyan Hasan, SH.,MH menyebutkan, pertumbuhan ekonomi tidak dinikmati oleh seluruh masyarakat Jambi dan hanya golongan tertentu saja yang menikmati pertumbuhan ekonomi Jambi yang katanya sebesar 8,31 persen hingga November 2013. Bahkan bisa jadi bukan orang Jambi yang menikmati pertumbuhan ekonomi Jambi, bisa jadi pendatang yang memiliki usaha di Jambi.

Disisi lain, Sofyan menilai, keluaran pendidikan di Jambi kalah bersaing dari keluaran pendidikan yang berasal dari luar Jambi, ini membuktikan bahwa ada kesenajangan antara kekuaran pendidikan dengan sektor kebutuhan kerja. Ini menjadikan tingkat pengangguran sebesar 7,8 persen berasal dari lulusan perguruan tinggi. “Maindset setelah tamat sekolah kepikiran menjadi PNS, hal ini yang menjadikan pengangguran terdidik menjadi lebih banyak,” imbuhnya.

Partumbuhan Ekonomi Jambi yang diprediksi mengalami perlambatan di tahun 2014 dilihat dari sisi politik memang ada benarnya,  Navarin Karim, pengamat politik Jambi yang juga merupakan ketua Stipol Nurdin Hamzah menilai tahun 2014 merupakan tahun politik sehingga akan terjadi perlambatan pembangunan. Pasalanya belanja akan banyak mengarah pada belanja langsung partai politik. Selain itu, dari sisi pelayaan publik dinilai juga akan melambat, karena netralitas PNS Jambi masih diragulan.

Saat ini persolan bantuan Pemda berupa beasiswa juga belum tepat sasaran, pasalanya mahasiswa S2 dan S3 merupakan orang-orang yang kreatif, tentunya mereka bisa mencari uang sendiri. “Lebih baik bantuan tersebut untuk pemerataan pendidikan,” timpalnya.

Kepala Bappeda Provinsi Jambi Fauzi Anshori menyebutkan, ada 4 strategi yang  diterapkan untuk pembangunan daerah agar merata terangkum dalam RPJMD yaitu, Pro poor, Pro job, Pro growht, Pro unemployment. Maka dari itu, masih terlalu dini menyebutkan pemerintahan belum berhasil mengatasi masalah ekonomi yang ada di Jambi, pasalnya masih ada waktu sampai dengan 2015 untuk melakukan perbaikan ekonomi disejumlah sektor. Memang saat ini indeks daya saing infrastruktur Jambi belum membaik, namun hal itu masih terus diusahakan agar baik.

“UKM akan menjadi perioritas pemerintah sampai dengan 2015 mendatang guna meningkatkan perekonomian Jambi,” katanya.

Selain itu, faktor daya saing sumber daya manusia masyarakat lokal Jambi yang rendah, memang menjadi kendala untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Jambi, hal ini terlihat dari derasnya arus migrasi yang masuk ke Jambi untuk membuka usaha, biak itu UKM maupun UMKM. “Untuk menciptkan daya saing SDM yang baik, pemprov siap menghibahka dananya,” tandasnya.

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images