Indonesia saat ini tengah menghadapi datangnya era pasar bebas. Menteri Perdagangan RI, Gita Wirjawan mengatakan, untuk menghadapi hal tersebut, perlu banyak hal yang harus dipersiapkan. Diantaranya, untuk memperbaiki dan meningkatkan daya saing.
“Karena Negara ASEAN lainnya sudah memiliki SDM yang canggih dan bisa memproduksi produk canggih dan murah. Itu harus diperbaiki. 2015 akhir kemungkinan akan ada beberapa hal yang kita tak bisa bersaing dengan Negara tetangga, namun itu akan membuka mata kita untuk memperbaiki kelemahan kita,” kata Gita usai menghadiri kegiatan malam keagungan Melayu 3 di ACC, Jambi, Senin (6/1) malam.
Namun, katanya, pada umumnya, saat ini, Indonesia siap bersaing untuk pasar bebas tersebut. Sayangnya, kondisi jutaan UMKM di Indonesia bakal makin terjepit. Apalagi, banyak UMKM yang tak mempunyai akses untuk melakukan pinjaman ke perbankkan.
“Pada umumnya kita siap untuk bersaing dengan siapapun di asia tenggara ini. Upaya pemerintah harusnya terhadap pelaku usaha seperti UMKM adalah pendanaan harus ditingkatkan. Banyak sekali UMKM kita yang belum punya akses ke dana,” ujarnya.
Disebutkannya, dari 56 juta UMKM,ada sebanyak 34 juta UMKM yang belum memiliki akses ke perbankkan. Sementara yang sudah punya akses, hanya 22 juta UMKM dari 56 juta UMKM ini. “Jadi yang 34 juta UMKM yang belum punya akses ke bank ini harus difasilitasi. Kalau tak ada akses ke dana yang baik ini akan mempengaruhi akses mereka.
Itu yang pertama harus didukung,” katanya.
--batas--
Menjelang datangnya era pasar bebas tinggal 1 tahun lagi. Dia mengaku, aka nada pembatasan produk yang diperbolehkan masuk ke Indonesia nantinya. “Banyak yang tidak boleh, seperti produk elektronik, ototmotif, buah-buahan, sayur-sayuran yang masih masuk,” akunya.
“Banyak produk ini yang kita tangkap tahun lalu karena melakukan pelanggaran, apakah itu dilapisi formalin, menggunakan insektisida yang dilarang atau melanggar SNI yang wajib dan regulasi tekhnis terkait itu harus disikapi. Tapi kita harus meningkatkan daya saing kita agar kita bsia produksi produk yang sama, namun kebih canggih dan lebih murah,” tegasnya.
Akan tetapi, terlaksananya hal tersebut tidak terlepas dari pembangunan infastruktur yang memadai oleh pemerintah. Sementara dimintai tanggapannya soal banyaknya kesulitan yang harus diterima UMKM untuk melakukan pinjaman dana ke perbankkan, dia mengatakan, hanya perlu sosialisasi.
“Itu perlu waktu dan sosialisasi yang lama. Yang paling gampang adalah menggunakan handphone untuk mentransfer dana. Jadi kalau saya misalnya mau transfer dana ke anda, dengan pengunaan pulsa saja. Anda terima pulsa saya, terus anda ke bank atau ATM terdekat anda ambil uang darisana walau anda tak ada rekening bank,” ungkapnya.
Sementara jika kesulitan dalam melakukan pinjaman di bank, itu juga butuh sosialisasi hingga calon pengaju mengerti. “Kalau untuk pinjaman uang itu harus melakukan sosialisasi ke pengajunya, bagaimana dia harus mengerti mengisi formulir dan aplikasi serta melengkapi dokumen yang diperlukan. Apakah itu NPWP dan sebagainya, itu perlu penyuluhan dan perbankkan dan komunitas juga harus lebih aktif untuk ini,” pungkasnya.
sumber: jambi ekspres