iklan
Bacalah dengan  menyebut nama Tuhan mu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah , dan Tuhan mu Yang Maha Mulia, Yang mengajar manusia dengan pena ( QS. AL ‘ALAQ,.  Ayat 1 – 4 ).

Iqra’ ,( bacalah…), kata pertama dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw. Demikian pentingnya perintah membaca sehingga di ulang dua kali oleh Allah swt. Perintah ini bukan hanya di tujukan kepada Nabi Muhammad saw pribadi, tetapi untuk ummat manusia sepanjang sejarah manusia, karena realisasi perintah tersebut untuk kebahagiaan ummat manusia dunia dan akhirat.  Qurais Shihab menulis dalam buku Membumikan Al Quran, perintah membaca tersebut mengandung pengertian, menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri cicrinya, dan sebagainya.Dari pengertian tersebut, kita tidak hanya berhenti ketika sudah fasih membaca dan hafal ayat ayat Al Quran, tapi bagaimana berusaha menangkap pesan pesan ayat ayat tersebut untuk dijadikan karakteristik Islami seorang pribadi muslim. Tentunya dengan merenungkan, memikirkan, menelaah, mendalami dan sebagainya sehingga kita bisa  aplikasikan dalam kehidupan se hari hari. 

Tidak jarang kita lihat seseorang yang hafal, fasih, bahkan ikut di pertandingan membaca Al Quran, tapi karakteristik sebagai pribadi muslim masih jauh. Dengan kata lain, nilai nilai Islam belum membumi, masih sebatas dibacakan, di khotbahkan, di ceramahkan. Masih banyak ditengah tengah masyarakat terlihat kontradiksi perilaku beragama, sifat individualisme dan egois , mementingkan diri sendiri dan kelompok. Ketika di Masjid dan di sajadah ber Takbir, tapi ketika keluar dari Masjid yang terlihat adalah Takabur/Riya, riya dengan kemashuran, dengan harta benda, dengan kedudukan, pangkat dan jabatan, bahkan tidak jarang cara  beragama pun ada kesan riya/ujub. Ketika sudah melaksanakan ibadah Haji, didepan namanya jangan sampai lupa menambahkan titel haji, dan memanggilnya denga “pak Haji”. Dan ketika  berpakaian dengan menampilkan simbol simbol seorang alim, dengan memakai jubah dan selendang.    
--batas--
Membaca ayat ayat Allah, tidak hanya yang tertulis dalam Al Quran, tapi ayat ayat Allah tersebar dialam semesta ini. Fenomena alam, gejala gejala alam, semuanya merupakan ayat ayat Allah yang harus kita pikirkan, kita renungkan, sehingga kita merasakan dan meyakini kebesaran Allah swt dalam hati kita.  Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar, mengatakan ; Didalam Al Quran sangat banyak ayat ayat yang menerangkan soal soal alam, lautan dengan ombaknya, dengan gelombangnya, kapal dengan pelayarannya, tumbuh tumbuhan, angin dan badai, awan membawa hujan, dari hal hal bintang, demikian juga keadaan mata hari dan bulan. Ayat ayat seperti ini jauh lebih banyak dari pada ayat ayat mengenai hukum dan fikih. Semuanya itu menganjurkan kita memikirkan dan merenungkan keberadaan alam semesta ini, yang pada akhirnya kita makin meyakinkan diri, bahwa adanya Maha Pencipta Yang Maha Agung.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda tanda (kebesaran Allah) bagi yang berakal. (QS Ali Imran ayat 190). Siapa orang orang yang menggunakan akal pikiran itu ? Dilanjutkan oleh Allah swt. Pada ayat 191 QS.Ali Imran, yaitu orang orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan dengan penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata): Ya Tuhan kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia sia . Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Demikian Allah memerintahkan  menggunakan akal pikiran kita, untuk memperhatikan alam semesta ini. Rasulullah sampai menangis ketika turunnya wahyu ini, karena mengkhawatirkan ummatnya nanti tidak mampu menghayati ayat ini.

Dalam buku Qishash al Abraar, karangan Al-Syahid Murtadha Muthahhari, yang di Indonesiakan M.Ali Hasan menjadi Kisah Bijak Orang Orang Saleh. Salah satu kisahnya.
Pada suatu hari Rasulullah SAW, masuk ke Masjid Madinah. Dilihatnya ada dua kelompok, yang satu asyik melakukan ibadah dan zikir, sedangkan kelompok lain sedang sibuk dengan urusan ilmu, mereka terlihat dalam proses ajar mengajar. Wajah beliau tampak berseri seri menyaksikan kedua pemandangan tersebut. Namun beliau lebih menaruh simpati terhadap kelompok kedua . Sikap simpatinya itu di ekspresikan dalam komentar yang disampaikan kepada para sahabat yang ada di sekitarnya. “ Alangkah baiknya apa yang tengah dilakukan mereka,”  sambil memberi isyarat kepada kelompok kedua. Selanjutnya beliau berkata: Sesungguhnya aku diutus untuk mengajar “. Kemudian beliau duduk bersama sama kelompok kedua.

Dari uraian diatas, dapat kita tarik beberapa kesimpulan, membaca ayat ayat Allah bukan hanya yang tertulis dalam Al Quran, tetapi alam semesta juga merupakan ayat ayat Allah yang harus kita amati, direnungkan, dan diyakini alam yang serba teratur ini diciptakan semua ini tidak sia sia, sebagai curahan kasih sayang Allah untuk ummat manusia. Bahwa ber agama, bukan sekadar kegiatan ritual saja, tetapi harus dicerminkan dalam perilaku kita baik terhadap sesama maupun terhadap alam semesta ini. Beribadah tidak cukup kita hanya berzikir, berdoa saja, tapi juga harus ada usaha mempelajari, menelaahnya dengan secara tekun, kemudian berbagi dengan sesama, juga termasuk ibadah yang nilai pahala nya tinggi.Imam Alghazali, dalam buku IHYA’ ‘ULUMUDDIN, mengatakan,  memikirkan Ilmu adalah sama pahalanya dengan berpuasa, menelaahnya sama dengan bangun shalat malam. Karena dengan menggunakan ilmulah akan menjadi benar cara kita berbakti kepada Allah ‘azza wa jalla.

Penulis : Pengamat sosial dan kemasyarakatan/Ketua STIE Muhammadiyah Jambi.

Berita Terkait



add images