iklan MEMPRIHATIKAN: Kondisi rumah dinas guru di Desa batu Sawar yang cukup memprihatinkan (kiri), GUSNADI/JE
MEMPRIHATIKAN: Kondisi rumah dinas guru di Desa batu Sawar yang cukup memprihatinkan (kiri), GUSNADI/JE

SULITNYA medan yang harus ditempuh menuju Desa Batu Sawar, Kecamatan Maro Sebo Ulu, Batanghari, membuat fasilitas-fasilitas publik di desa paling ujung Batanghari itu serba ketinggalan. Berikut laporan wartawan koran ini Irva Gusnadi yang sempat mengunjungi desa tersebut.

____________________________

MEMBANGUN desa Batu Sawar memang membutuhkan anggaran cukup besar. Selain ketiadaan jembatan penyeberangan, jalan pun masih jalan tanah yang dibangun oleh pihak perusahaan bukan oleh pemerintah setempat.

Menurut Kades Batu Sawar, Abdul Khalik,  warganya baru menikmati jalan darat sekitar 8 bulan lalu. Itu pun dibangun oleh pihak perusahaan yang beroperasi di kawasan desa mereka.

Sebelum jalan ini ada, kami selalu menggunakan ketek ke ibu kota kecamatan di Sungai Rengas, ujarnya.

Menurut Khalik,  untuk menuju ibukota kecamatan, warga  harus menggunakan ketek dan perahu dengan waktu tempuh mencapai  1 hingga 2 jam.

Untuk menuju pelabuhan ketek, masyarakat  masih menumpang di jalan milik perusahan ini yang hanya bisa dilalui saat cuaca kering, ulangnya.

Bukan hanya itu saja, saat ada undangan rapat dari Pemkab Batanghari yang harus dihadiri oleh perangkat Desa, satu hari sebelumnya sudah harus berangkat dan mencari penginapan di area Kantor Bupati. Ini tentunya membutuhkan biaya besar.

Kalau normalnya 4-5 jam perjalanan, makanya kalau ada pertemuan penting kami sudah harus berangkat satu hari sebelumnya, jelasnya.

Bukan hanya fasilitas jalan saja, fasilitas penerangan berupa listrik pun belum memadai. Masyarakat sangat bergantung pada listrik tenaga surya bantuan dari Jerman, itu pun hanya bisa hidup dari pukul 6 sore sampai pukul 12 malam.

Listrik tenaga surya ini ini per rumahnya hanya bisa untuk tiga bola lampu, baru bisa bertahan sampai pagi. Tapi kalau ada televisi, hanya sampai pukul 12 malam, jelas Kades yang diamani warga lainnya.

Soal pendidikan, di Batu Sawar hanya ada satu SD 3 lokal. Guru PNS-nya pun hanya satu orang. Guru tersebut tinggal di Desa Peninjauan karena rumah guru yang tidak memadai. Jika hujan mengguyur, hampir bisa dipastikan tidak ada aktivitas belajar mengajar. Begitu pula dengan lembaga kesehatan berupa Puskesmas Pembantu (Pustu) yang tenaga medisnya dari akademi perawat.

Untuk itu, warga sangat berharap pemerintah tidak tutup mata atas kondisi mereka yang terisolir, terutama masalah sarana jalan. "Dengan pembangunan jalan tersebut kami yakin Desa Batu Sawar bisa sejajar dengan desa lain, baik dari sisi pembangunan, pendidikan, ekonomi, hingga pelayanan kesehatan," harapnya.

Ironisnya lagi, Desa Batu Sawar yang naotabenenya satu kecamatan dengan tanah kelaihran Bupati Batanghari Sinwan yakni Desa Kembang Sri, sekalipun tidak pernah dikunjungi oleh Sinwa sejak menjabat sebagai bupati Batanghari. Padahal warga pernah mengundang bupati saat Desa Batu Sawar membuka tuornamenn beberapa bulan lalu.

(habis)

 

 


Berita Terkait



add images