iklan Muhammad Aswan saat menerima penghargaan dari Mensos RI Khofifah Indar Parawansa waktu pelaksanaan HKSN di Jambi 20 Desember lalu
Muhammad Aswan saat menerima penghargaan dari Mensos RI Khofifah Indar Parawansa waktu pelaksanaan HKSN di Jambi 20 Desember lalu

MESKIPUN tidak normal seperti orang lain. Tidak menghambat Muhammad Aswan untuk berbuat kebaikan. Dirinya sanggup mendirikan Yayasan Qiraatul Quran yang jumlah santrinya mencapai 350 orang. Atas kegigihannya itu, Aswan dapat penghargaan dari Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa pada puncak HKSN 20 Desember lalu


FATHUL MUBARAK

DENGAN menggunakan kursi roda, M. Aswan tetap semangat untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Yaitu mengajar di Yayasan Qiraatul Quran yang dirintisanya tahun 1997 lalu di Kecamatan Bathin III Kabupaten Bungo. Berdirinya yayasan ini berkat dukungan keluarga, teman dan pemerintah.

M. Aswan merupakan penyandang Disabilitas akibat kecelakaan lalu lintas sejak umurnya masih 19 tahun. Akibat kecelakaan itu, kondisi tubuh Aswan 80 persen tidak lagi berfungsi. Kondisi tersebut tidak menghalanginya untuk berbuat kebaikan kepada oarang lain. Anak yatim dan anak-anak terlantar yang ada di Provinsi Jambi ditampungnya untuk menuntut ilmu di Yayasan Qiraatul Quran.

Latar belakang Aswan juga berasal dari pesantren. Dirinya juga berharap kepada Pemerintah di Provinsi Jambi selalu memperhatikan anak yatim dan anak-anak terlantar di Provinsi Jambi. Dirinya berkeyakinan bahwa, masih banyak anak yatim dan anak-anak terlantar yang masih butuh pendidikan.

Harus ada upaya dari pemerintah untuk melakukan itu. Kalau tidak dibantu pemerintah, mereka yang tidak mampu itu susah untuk mengenyam pendidikan, katanya.

Kalau Yayasan yang didirikan oleh masyarakat itu dinilai oleh Aswan masih terbatas dan belum memadai. Di tempat saya saja itu sudah banyak. Mereka harus diperhatikan juga, katanya lagi. Meskipun dirinya penyandang disabilitas, Aswan juga memegang bidang studi, praktek jenazah, hadist, dan praktek ibadah. Apabila ada jam yang kosong, Aswan juga membantu guru-guru yang lain untuk mengajar.

Aswan juga menceritakan kecelakaan yang menimpa dirinya itu. Umur 19 tahun itu memang masih ugal-ugalan dan saya bawa mobil. Bukan nabrak atau ditabrak, hanya kecelakaan tunggal, akunya. Dengan sisa hidupnya itu, Aswan berjanji ingin menghabiskannya untuk membantu orang lain. Dirinyapun yakin masih banyak yang bisa dilakukan meskipun cacat.

Bagi penderita disabilitas yang lain, jangan putus asa, kalau ada keahlian, kembangkanlah, pintanya.

Selain  bantuan dari keluarga, pemerintah juga telah membantu Yayasan Qiraatul Quran yang didirikannya itu. Seperti, dana BOS, BOT dan bantuan pembangunan.

Dia mengakui, kondisi saat ini memang sangat sulit untuk mengajar, apalagi kalau sudah mau buang air kecil atau air besar. Karena tidak bisa ditahan lagi seperti orang yang normal. Kalau dia mau keluar, ya langsung keluar, akunya.(*)

 


Berita Terkait



add images