iklan Muhammad Haramen
Muhammad Haramen

GAMBUT dan sawit tentu merupakan isu paling seksi untuk dibahas disaat terjadinya bencana asap tahun lalu. Karena sulitnya memadamkan api di areal gambut, banyak orang mengutuk perkebunan sawit dilahan gambut.

SEBENARNYA bercocok tanam di areal gambut bukanlah merupakan hal baru. Itulah salah satu tema yang dibahas dalam Workshop Wartawan Nasional yang diselenggarakan oleh Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (GAPKI) di Hotel Alana, Jogjakarta, pekan lalu.

Menurut sejarah, areal gambut sudah digunakan untuk bercocok tanam oleh suku Bugis dan Banjar sejak sebelum tahun 1970-an. Saat itu gambut dikelola sebagai lahan tanaman pangan dan sukses. Kemudian sekitar tahun 1970-an sampai 1980-an, areal gambut dibudidayakan oleh pemerintah untuk tanaman padi.

Jumlahnya saat itu sejuta hektare lahan. Areal ini digunakan untuk daerah transmigrasi, ucap Suwardi, Wakil Dekan Pertanian IPB yang saat itu berbicara di forum Workshop Wartawan Nasional tersebut.

Lebih lanjut, katanya, lahan gambut ini dikelola oleh pihak swasta, yakni untuk budidaya sawit dan akasia. Dari 14,9 juta hektare di Indonesia, dibuka untuk areal kebun sebanyak 6,5 juta hektare. Kemudian 3,5 juta hektarenya rusak.

Lahan gambut yang rusak ini menyebar ada di Kalimantan, Palembang, Jambi dan Riau, terang Suwardi.

Dari berbagai proses budidaya di lahan gambut ini katanya, ternyata rata-rata berhasil ditanami sawit. Bahkan hasil studinya, ke Tanjabtim, dalam beberapa tahun terakhir, lahan gambut yang semula untuk tanaman pangan, sudah beralih fungsi.

Saya tanya ke petaninya, budidaya kepala sawit lebih menguntungkan dibandingkan tanaman pangan, tukasnya.

Senada Dr Lulie Melling, Director Tropical Peat Research Laboratory, juga menyebutkan tidak ada masalah, lahan gambut dikembangkan untuk dibudidaya sawit. Dengan manajemen yang baik, Malaysia tidak pernah memiliki masalah kebakaran area sawit di tanah gambut. Bahkan, tingkat produktivitasnya pun lebih tinggi dari Indonesia.

Saya telah melakukan penelitian tentang gambut, tukasnya.

Sementara itu, Dr Ricky Avenzora juga membantah berbagai tudingan yang menjelekkan lahan sawit. Menurutnya, tidak benar sawit menyebabkan boros air. Selain itu, juga tidak benar, nilai gizi sawit rendah.

Jadi sawit menurut saya jangan dimoratorium, tegasnya. 


Berita Terkait



add images