iklan Mohd Haramen SE ME Sy.
Mohd Haramen SE ME Sy.

Oleh : Mohd Haramen SE ME Sy
 
PEMANGKASAN anggaran pemerintah yang mencapai Rp. 133,8 Triliun mau tidak mau berdampak kepada pertumbuhan ekonomi. Makanya, Bank Indonesia (BI) buru-buru mengkoreksi proyeksi pertumbuhan tahun 2016. Semula diprediksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 5 % - 5,4 %. Seiring dengan pemangkasan anggaran diperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya berkisar 4,9 % - 5,3 %. Lantas bagaimana dengan  Jambi ?
Jika melihat kondisi pertumbuhan ekonomi tahun 2015 lalu, tentu tahun 2016 ini kita sedikit agak pesimis. Ditahun 2015, pertumbuhan ekonomi hanya 4,6 %. Ini jauh lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2011 yang mencapai tujuh koma delapan puluh enam persen.
Rendahnya pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti dengan permasalahan lain yang banyak muncul. Diantaranya, jumlah pengangguran yang terus meningkat. Pada 2013 saja, jumlah pengangguran di Kota Jambi tercatat 2,95 persen, tahun 2014 tercatat 4,53 persen dan di tahun 2015 jumlah pengangguran di Kota Jambi terus meningkat yakni 6,32 persen. Demikian pula halnya jumlah penduduk miskin, meningkat dari 0,281 juta orang (2013) menjadi 0,311 juta orang pada tahun 2015.
Untungnya dipertengahan tahun 2016 ini, harga sawit dan karet kembali naik diangka Rp. 1,495 per Kg. Sedangkan karet Rp. 5.500 per Kg.
Peningkatkan harga komoditas tersebut mau tidak mau berpengaruh kepada perekonomian desa. Mengingat, mayoritas dari 3,3 juta penduduk Jambi tinggal di wilayah pedesaan dengan profesi sebagai petani sawit dan karet.

Jika kondisi ini berlanjut, perekonomian 1.381 desa di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini akan semakin meningkat. Terlebih penyaluran dana ke desa semakin meningkat. Semula tahun 2015 sebesar Rp 381.560.156.000, meningkat di tahun 2016 menjadi Rp 856.771.029.000. Peningkatan alokasi dana desa ini mau tidak mau bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Kewenangan penggunaan anggaran yang diberikan kepada masyarakat desa yang didampingi pendamping akan membuat gairah ekonomi semakin positif. Makanya tak salah, saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pembangunan dan Pemberdayaan Desa Evaluasi Penggunaan Dana Desa Tahun 2015, Persiapan penyaluran dan Penggunaan Dana Desa Tahun 2016, bertempat di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (22/2), Gubernur Jambi Zumi Zola mengaku bahwa Dana Desa sangat bermanfaat bagi Provinsi Jambi. Terlebih angka serapan dana desa yang demikian tinggi mencapai mencapai  91 persen tahun 2015.  Dirinya menarget tahun 2016 ini, seluruh dana desa yang terserap bisa mencapai 100 persen.
Ungkapan rasa syukur ini tak hanya dilontarkan oleh Gubernur, tetapi juga oleh perangkat desa. Saat mendampingi kunjungan TA KNPPD, Robi Maulana ke Desa Penyengat Olak, Muarojambi, sang Sekdes Zulkifli mengaku berterima kasih dengan pemerintah pusat yang telah meningkatkan alokasi dana desa. Hanya saja menurutnya dana tersebut belumlah cukup untuk memperbaiki semua infrastruktur desa. Dirinya minta alokasi anggaran desa ditingkatkan. Ini tentu sejalan dengan komitmen pemerintah pusat yang berencana mengalokasi dana desa Rp. 1 Miliar per desa.

Hanya saja peningkatan alokasi jumlah dana desa tersebut hendaknya juga diikuti peningkatan kualitas SDM perangkat desa. Karena kondisi di lapangan, ternyata SDM perangkat desa masih banyak yang belum berkualitas. Hal ini sesuai dengan  penuturan Sekretaris Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Muarojambi, Amir, akhir September lalu, saat kunjungan penulis ke kantornya. Mari kita bersama mewujudkan pembangunan desa. Jika desa maju, kecamatan juga akan maju, jika kecamatan maju, kabupaten juga berjaya, jika kabupaten berjaya, pembangunan provinsi Jambi tentu akan tuntas. Semoga itu terwujud, bukan hanya mimpi.

(Penulis adalah Tenaga Ahli Kredit Mikro pada Konsultan Pendamping Wilayah II Provinsi Jambi Kemendes RI)


Berita Terkait



add images