iklan TPS 17 Gang Paski, Jalan Petamburan III, Tanah Abang, Jakarta Pusat yang dekat dengan markas FPI (ELFANNY/JAWAPOS.com)
TPS 17 Gang Paski, Jalan Petamburan III, Tanah Abang, Jakarta Pusat yang dekat dengan markas FPI (ELFANNY/JAWAPOS.com)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Hal yang tak diduga-duga terjadi di tempat pemungutan suara (TPS) 17 Gang Paski, Jalan Petamburan III, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dari hasil penghitungan surat suara, TPS yang ada di dekat Markas Front Pembela Islam (FPI) itu malah dikuasai pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat. Banyak pihak yang tak percaya akan hal itu.

Berikut hal-hal menarik di balik kemenangan Ahok-Djarot di Markas FPI;

1. FPI Organisasi yang Paling Anti Ahok

FPI adalah organisasi Islam garis keras yang menolak Ahok untuk menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta. Sejak Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Presiden Joko Widodo pada 2014 lalu, FPI sudah menunjukan penolakannya.

Puncaknya ketika hendak dilantik, di mana ketika itu massa FPI berunjuk rasa di depan Balai Kota, dan mereka dipindahkan ke depan DPRD DKI. Saat itu massa menjadi brutal dan menyerang menggunakan samurai, batu hingga kotoran kuda. Sejumlah anggota polisi pun terluka.

Tampak warga Tionghoa yang mencoblos di TPS 17. Meski dekat markas FPI, mereka diperlakukan baik-baik saja. Tampak kerukunan di TPS tersebut.

Tampak warga Tionghoa yang mencoblos di TPS 17. Meski dekat markas FPI, mereka diperlakukan baik-baik saja. Tampak kerukunan di TPS tersebut. (ELFANNY/JAWAPOS.com)

Baru-baru ini, FPI juga turut terlibat pengeragan massa dalam aksi Bela Islam hingga jilid III sejak akhir tahun 2016. Mereka menyerukan agar para pemilih muslim tidak mencoblos pemimpin non muslim. Meski begitu, aksi-aksi tersebut berlangsung aman dan damai. 

2. TPS 17 berjarak 50 Meter dari Markas DPP FPI dan Rumah Habib Rizieq Shihab

TPS 17 yang ada di Gang Paksi, Jalan Petamburan III, Tanah Abang, Jakarta Pusat itu sangat dekat dengan Markas FPI. Jaraknya hanya sekitar 50 meter. Bahkan lebih dekat lagi dengan kediaman dari Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab.

Dari pantauan JawaPos.com, kawasan tersebut adalah kawasan padat penduduk. Dan saat berlangsungnya coblosan, antusiasme warganya cukup tinggi. 

3. Banyak warga Tionghoa yang mencoblos di TPS 17

Meski berada di dekat Markas FPI, TPS 17 ternyata tak sedikit warga keturunan Tionghoa yang mencoblos di sana. Bahkan istimewanya, mereka mencoblos tanpa ada intimidasi dari para anggota Laskar FPI. Dari pantauan di lokasi kemarin, keturunan Tionghoa mencoblos tanpa ada rasa was-was.

Salah satunya adalah Kiky Tjahjadi (54). Dia adalah pendeta yang juga keturunan Tionghoa. Terlihat dia ikut mencoblos di TPS 17. Dia menuturkan, sengaja dia ikut mencoblos karena ingin menunjukan sebagai warga negara yang baik. "Kita harus memberikan hak suara kita. Jadi itu kan sebagai kewajiban kita untk memberikan hak suara," ucap dia di lokasi, Rabu (15/2).

Menurut dia, di TPS 17 itu, ada tujuh sampai delapan orang anggota keluarganya. "Kebetulan satu keluarga di TPS 17," ucapnya.

4. TPS 17 Digunakan Habib Rizieq Untuk Mencoblos

Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab sekeluarga juga ikut mencoblos pada 15 Februari kemarin. Dia mencoblos di TPS 17 yang sangat dekat dengan kediamannya.

Ketika mencoblos, pria kelahiran tahun 1965 itu dikawal ketat oleh anggota Laskar FPI. Dengan mengenakan gamis putih, dia hadir ke TPS dengan kartu undangan nomor 400.

5. Wartawan sempat diusir ketika Habib Rizieq mencoblos

Sejak pagi, TPS 17 yang hendak digunakan Habib Rizieq mencoblos telah dihadiri sejumlah pewarta. Mereka hendak meliput prosesi pencoblosan Habib Rizieq.

Tapi saat tiba massanya Habib Rizieq mencoblos, sejumlah anggota laskar meminta pewarta menjauh. Pasalnya Habib Rizieq memang enggan diliput saat mencoblos.

Wartawan diperbolehkan kembali ke TPS 17 ketika Habib Rizieq menunaikan pencoblosannya. Setelah itu, Rizieq langsung kembali ke kediamannya. Karenanya, tak ada wawancara wartawan dengan Rizieq.

6. Dihitung berkali-kali, Ahok tetap menang di TPS 17

Pasangan nomor urut dua, Ahok-Djarot menang telak di TPS 17 yang dekat dengan markas FPI. Dia menang dengan suara 279. Angka itu jauh meninggalkan suara pasangan nomor urut tiga yakni Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang hanya memperoleh 212 suara. Sementara paling buncit ada pasangan nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang keok dengan suara 38.

Penghitungan suara ini sempat alot. Karena ada selisih hasil akhir hitungan surat suara dengan surat suara yang ada dalam kotak. Di dalam kotak sebenarnya ada 534 surat suara. Namun pada penghitungan pertama, hanya ada 533 surat suara.

Masing-masing saksi pasangan calon nampak saling klaim soal satu suara itu. Padahal bila dihitung, satu suara itu tak berarti karena selisih antar pasangan calon itu di atas satu.

Perdebatan panjang antara para saksi dan petugas di TPS. Ketua Kelompok Panitia Pemungutan Suara TPS 17, Ali Jamal juga tampak berdebat dengan para saksi.

Lima kali dihitung, akhirnya satu suara itu dipastikan milik pasangan Ahok-Djarot. Sejak sore hingga menjelang gelap, di TPS 17 itu hanya berdebat satu suara yang diduga terselip itu.

7. Teriakan warga Petamburan dan penyebab kemenangan Ahok

Saat prosesi penghitungan surat suara di TPS 17, begitu banyak warga yang merapat ke sana. Mereka penasaran ingin tahu siapa yang menang di TPS itu.

Satu per satu surat suara dibuka. Ketika yang dipilih adalah nomor dua atau pasangan Ahok-Djarot, warga langsung menyuraki. Pasalnya warga di sana memang anti terhadap Ahok.

Berbeda ketika petugas membacakan nomor satu atau tiga, warga di sana langsung senang dan berharap nomor itu saja yang disebutkan. Sementara nomor dua tak usah lagi disebutkan.

Tapi semakin surat suara dibuka, semakin banyak juga pilihan ke nomor. Warga pun semakin kesal. Hingga hasil akhirnya Ahok-Djarot menguasai TPS yang dekat dengan Markas FPI itu.

Kekesalan warga tampak setelah petugas memastikan suara Ahok unggul jauh. Mereka kebanyakan mempermasalahkan ketua RT setempat.

"Kan di sini banyak yang sekolah (mahasiswa), terus bikin KTP, dan ikut milih (di TPS 17)," kata salah satu warga RT 01 di lokasi.

Padahal menurut dia, warga di RT 01 tak mungkin jumlahnya sampai 724 seperti yang terdaftar di DPT. Seharusnya kata dia ketua RT bisa lebih selektif dalam mengizinkan mahasiswa untuk membuat KTP. (elf/JPG)

 


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait



add images