JAMBIUPDATE.CO, SAMARINDA- Bunga (nama samaran) sudah tiga kali menikah. Namun pernikahannya selalu gagal. Hal itulah yang membuat Bunga terjun ke duania prostitusi. Parahnya, PSK ini melayani tamu di depan anak kandung sendiri, Mawar (bukan nama sebenarnya). Mawar baru berusia 2,5 tahun.
Setiap kali melayani tamu, Mawar berada di kamar yang sama dengan ibunya. Meskipun Mawar tetap berusaha pura-pura tidur ketika harus menyaksikan adegan tak pantas yang dilakukan ibunya.
Namun lambat laun, gadis kecil berparas cantik itu paham dengan apa yang dilakukan ibunya. Sehingga setiap ibunya menerima tamu, Mawar akan keluar mencari kamar kosong lainnya untuk tidur.
Saat selesai menerima tamu, Mawar selalu bertanya kepada ibunya. Tanpa beban Bunga menjelaskan hal yang tidak seharusnya diketahui oleh Mawar yang masih belia.
Menjelang Ramadan, lokalisasi di Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegera (Kukar), Kalimantan Timur, tempat Bunga bekerja, ditutup. Karena itu, PSK asal Palopo, Sulawesi Selatan (Sulsel) ini memilih datang ke Samarinda.
Nah, saat tiba di Kota Tepian Jumat (12/5) lalu, Bunga ternyata sudah kehabisan uang. Timbul niat buruknya untuk menjual Mawar yang berkulit putih bersih tersebut.
Bunga harus segera mendapatkan uang dengan jumlah besar. Alasannya, untuk membiayai berobat bapaknya yang sedang sakit di kampung.
Selama dua hari, Bunga berusaha mencari pembeli yang bersedia membayar Rp 3 juta untuk anaknya tersebut. Namun usaha tersebut tak kunjung membuahkan hasil.
Masyarakat yang mengetahui penjualan tersebut, berkoordinasi dengan kepolisian. Aksi Bunga justru keburu terungkap. Polisi berpura-pura menjadi calon pembel. Bunga akhirnya diringkus di pangkalan angkot trayek G di Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Loa Janan Ilir, Sabtu (13/5) lalu.
Parahnya, selama dua hari di Samarinda, Bunga tak pernah memberikan Mawar makanan sedikit pun. Alasannya, Bunga tak memiliki uang.
Kapolsekta Samarinda Seberang, Kompol Fatich Nurhadi melalui Kanit Reskrim Iptu Heru Santoso menjelaskan, Bunga terpaksa menjual anaknya sendiri lantaran tidak memiliki uang sama sekali untuk hidup di Samarinda.
Kita amankan wanita itu berdasarkan laporan masyarakat. Beruntung belum ada yang membeli. Jadi segera kami amankan, terang Heru Santoso kepada Sapos, kemarin (14/5).
Perwira berpangkat balok dua tersebut menjelaskan saat ini kasus tersebut telah diserahkan kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Samarinda. Karena belum ada transaksi, sehingga Bunga tidak ditahan. Dia hanya menjadi saksi.
Kami sangat mengapresiasi. Masyarakat sudah memiliki kepedulian yang tinggi sehingga cepat melapor. Saat ini kasusnya diambil alih KPAI, ucap Heru.
Anggota tim reaksi cepat perlindungan anak Kaltim yang juga ketua harian KPID Samarinda, Adji Suwignyo justru meragukan bahwa Mawar anak kandung Bunga. Karena secara fisik, ibu dan anak ini sangat jauh berbeda.
Apalagi ibunya sudah tiga kali menikah, jelas pria berusia 42 tahun tersebut.
Adji mengakui bahwa Bunga tidak ditahan. Alasannya, Bunga memang belum sempat melakukan transaksi. Ibunya hanya menjadi saksi. Kemarin (Sabtu, Red) dilepaskan. Saat ibunya dilepaskan, putrinya kami bawa ke tempat yang lebih aman, kata Adji.
Aktivis pemerhati anak ini menambahkan bahwa Bunga sempat mengikuti dirinya untuk meminta sejumlah uang. Usai menyerahkan anaknya, Bunga sempat berjanji tidak akan mengganggu Mawar. Bunga mengaku akan melanjutkan hidupnya dengan mencari pekerjaan lain.
Besok (hari ini, Red) kami akan menyerahkan anak malang tersebut ke UPTD Panti Sosial Perlindungan Anak Dharma di Loa Janan Ilir, pungkas Adji. (rm-1/nha/prokal/pojoksatu)
Sumber: www.pojoksatu.id
