iklan Ilustrasi.
Ilustrasi.

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Menjelang bulan puasa dan Lebaran, daging selalu bikin merinding. Harganya bisa meroket tak terkendali. Tahun ini pemerintah menyiapkan sejumlah langkah untuk membendungnya. Bukan hanya harga daging, tapi juga "teman-temannya". 

Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mengerem kenaikan harga, sejatinya itu hal yang biasa menjelang bulan puasa dan Lebaran. Namun, tahun ini, yang dilakukan pemerintah menjelang hari besar umat Islam itu berbeda. Dalam rapat kabinet, Presiden Joko Widodo memerintahkan dibentuknya Satuan Tugas (Satgas) Pangan. 

Dipimpin jenderal bintang dua Irjen Setyo Wasisto, satgas tersebut punya tugas berat. Yaitu memastikan kenaikan harga tidak memberatkan rakyat. Selain dari Polri, Satgas Pangan didukung beberapa instansi terkait seperti Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan Kemen ­terian Pertanian (Kementan). 

Sebagaimana dijelaskan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Satgas Pangan akan melakukan evaluasi setiap dua pekan. Kalau ada kenaikan harga yang tidak lumrah, satgas akan turun tangan untuk mengecek. Spekulan tidak bakal diberi ampun. Pengungkapan penimbun 182 ton bawang putih di Jakarta adalah "pemanasan" menjelang puasa dan hari raya. 

Satgas itu akan memantau harga sampai daerah. Sebab, fungsi pemantauan harga oleh Polri akan dilakukan sampai level polres, bahkan polsek. "Di tingkat polda, Satgas Pangan akan dipimpin Dirkrimsus," kata Tito awal bulan lalu. 

Dua pekan berjalan, ampuhkah Satgas Pangan mengerem harga bahan pokok? Pemantauan Jawa Pos di Pasar Grogol, Jakarta Barat, menunjukkan bahwa harga bahan pokok masih jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang dipatok pemerintah. Harga daging, misalnya, bertengger di kisaran Rp 120 ribu. Padahal, HET dari pemerintah hanya Rp 80 ribu. 

Harga daging berdasar sistem pemantauan pasar kebutuhan pokok (SP2KP) Kemendag pun tidak jauh berbeda. Sejak Januari sampai bulan ini, harga daging konsisten Rp 115 ribu. Dikhawatirkan, harga daging terus naik dalam beberapa pekan ke depan. 

Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang menyatakan, ada yang kurang pas dari antisipasi yang dilakukan pemerintah, yakni terkait impor daging kerbau. Dia khawatir masyarakat yang tidak terbiasa mengonsumsi daging kerbau tak bisa menyerap stok yang disiapkan pemerintah. Mereka tetap berburu daging sapi sehingga harganya akan kian melejit. "Saya takutnya masyarakat nanti tidak suka, lalu tetap berbondong-bondong cari daging sapi beku," ujar dia.

Sarman menuturkan, seharusnya kondisi stok daging sapi beku dan daging kerbau berada pada posisi yang sama. Kondisi saat ini, kurang lebih stok daging sapi impor 12 ribu ton, sedangkan daging kerbau sekitar 36 ribu ton. "Pendapat saya, stok daging sapi minimal disamakan dengan jumlah stok daging kerbau," ujarnya. 

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Tjahya Widayanti menyatakan bahwa kenaikan harga menjelang puasa dan Lebaran tidak bisa dihindarkan. Itu terjadi karena permintaan yang tinggi. Yang bisa dilakukan pemerintah ialah meminimalkan hal tersebut dengan sejumlah strategi.

"Data historis 2013 sampai 2016 menunjukkan, menjelang bulan puasa, terjadi kenaikan harga beberapa barang kebutuhan pokok. Misalnya daging sapi, daging ayam, dan telur ayam yang naik 0,97 hingga 9,6 persen," jelas Tjahya kepada Jawa Pos kemarin.

Untuk menjamin stok aman, Kemendag menggandeng Perum Bulog guna mendistribusikan sembako di sejumlah wilayah yang mengalami kekosongan pasokan. "Kami siapkan sejumlah komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat selama bulan puasa dan Lebaran nanti. Misalnya beras, daging, dan bumbu dapur lainnya seperti bawang, gula, dan minyak goreng," jelas Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti. (agf/idr/tau/c9/ang)


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait



add images