iklan Heri Kiswanto, SP
Heri Kiswanto, SP

PILKADA Kerinci akan dihelat pada Bulan Juni 2018 mendatang, berbarengan dengan dua Pilkada lainnya di Provinsi Jambi yakni Kota Jambi dan Merangin. Meski masih ada waktu sekitar satu tahun lagi, namun konstalasi politik di Bumi Sakti Alam Kerinci itu sudah mulai  terasa kentara medio awal Januari 2017 lalu. Ini tentu menjadi pertanda bakal tersaijnya  Kawah Candra Dimuka di kabupaten berhawa sejuk itu.

Calon Incumbent Adi Rozal belumlah secara resmi mengumumkan niatannya untuk kembali bertarung di suksesi lima tahunan itu, namun dari gelagat yang tersirat,  mantan Wakil Walikota Padang Panjang itu sepertinya bakal kembali bertarung mempertahankan posisi yang kini diembannya.

Melihat peta yang ada, dengan segala potensi yang ia miliki (dukugan financial, Parpol dan keterwakilan wilayah) Adi Rozal sudah memenuhi itu semua. Finnancial yang kuat sebagai incumbent, dukungan dari Gerindra yang sepertinya tingga ketok palu saja, serta keterwakilan wilayah (Tanah Sekudung, Siulak) yang notabenenya merupakan mata pilih terbesar di Kerinci, tentu menjadi modal awal untuk sang incumbent.

Lalu, siapa pesaing Adi Rozal? Memang untuk saat ini, belasan calon sudah bermunculan, bersosialisasi via baleho, banner, spanduk, bahkan semakin massif di Medsos. Sebut saja Wakil Bupati Zainal Abidin yang sudah menyatakan niatannya untuk maju di posisi nomor 1, lalu ada nama Monadi Murasman, putra mantan Bupati Kerinci Murasman, Fadli Sudria, Tafyani Kasim, Maridin Djamil, Herman, Ruslan HS, Hasani Hamid, Andi Putra Wijaya, Ami Taher, Subur Budiman, Sartoni, serta banyak lagi nama lainnya.

Terlepas maju atau tidak, namun nama-nama ini dipandang  cukup berpotensi menjadi pesaing utama Adi Rozal sebagai incumbent.  Gaung Kerinci Hilir yang terus menggema harus satu orang calon sampai hari ini tentu akan menjadi pesaing serius Adi Rozal, terlepas siapa pun yang nantinya diusung.

Namun persoalannya, akan sangat susah menyatukan persepsi masyarakat Kerinci Hilir untuk memilih satu orang calon. Sudah terbukti di beberapa Pilkada Kerinci sebelumnya. Masyarakat Kerinci Hilir masih sangat subjektif dalam memilih pemimpin. Selain itu, mungkinkah hahya bisa satu calon dari Kerinci Hilir?

Tidak ada yang tidak mungkin dalam proses politik. Saat ini, harus ada satu komitmen bersama masyarakat Kerinci Hilir untuk mengusung hanya satu calon, baru setelah itu menentukan siapa tokoh yang akan diusung, jika ingin berbicara banyak di Pilkada.

Potensi pesaing Adi Rozal juga muncul dari Kerinci Mudik. Monadi Murasman sepertinya perlu diberi perhatian lebih. Dari sekian banyak kandidat yang sudah mulai bersosialisasi, Monadi dianggap paling massif. Dia berpotensi besar memecah suara Adi Rozal di Tanah Sekudung sampai ke Kayu Aro. Nama besar Murasman plus pemilih militan yang ia miliki, tentu menjadi modal awal Monadi.

Ini sudah dibuktikan pada Pilkada lima tahun lalu. Meskipun satu bassis dengan Adi Rozal, namun Murasman yang kala itu berposisi sebagai incumbent sama-sama lolos ke putaran kedua dengan Adi Rozal. Ini berarti sudah ada sekat pemilih yang jelas antara Adi Rozal dan Murasman, meskipun dari bassis yang sama. Monadi masih berpotensi menggaet pemilih militan orang tuanya Murasman.

Selain itu, masih banyak lagi kandidat dari kawasan Tanah Sekudung ini, tentunya mereka tampil bukan hanya sebagai penggembira, tapi ingin berbuat lebih di Pilkada. Tentu ini juga harus menjadi perhatian incumbent Adi Rozal. Akan sangat susah menunculkan satu calon dari kawasan Tanah Sekudung, bukti paling sakhih di Pilkada Kerinci 5 tahun lalu.

Indeks Kepuasan Masyarakat

Mengutip pendapat pengamat politik Jambi Jafar Akhmad di berbagai media, Indeks Kepuasaan Masyarakat (IKM) akan menjadi dasar paling utama untuk  incumbent dipilih lagi di Pilkada. Begitu pula sebaliknya, jika IKM rendah, maka akan sangat susah incumbent untuk meraih hati pemilih.

Artinya, jika masyarakat puas dengan kinerja incumbent, maka ia berpotensi besar untuk kembali dipilih. Calon incumbent programnya terukur. Masyarakat bisa melihat langsung kinerjanya saat menjabat. Itu juga terjadi di Kerinci. Sekarang tinggal masyarakat yang menilai, tentu haruslah menjadi pemilih yang objektif, pemilih cerdas, pemilih yang menentukan pilihan bukan atas dasar suaka atau tidak suka, tetapi berdasarkan track record, kinerja (khusus incumbent) dan tentunya program yang akan ditawarkan calon. Salam Pilkada

 

 

 

           

           

           


Berita Terkait