iklan Pirma Satria, M.Pd (Pemimpin Redaksi Harian Pagi Jambi Ekspres)
Pirma Satria, M.Pd (Pemimpin Redaksi Harian Pagi Jambi Ekspres)

Oleh : PIRMA SATRIA M.Pd

 

DINAMIKA perburuan perahu dukungan Partai Politik (Parpol) di Pilkada Kerinci berakhir anti klimaks. 4 kandidat yang sebelumnya intensif melakukan loby-loby baik di daerah maupun di pusat, bahkan digadang-gadang bakal melenggang di kontestasi 5 tahunan itu, ternyata hanya menyisakan dua kandidat. Dua melenggang, dua tereliminasi.

Menariknya, dua kandidat yang melenggang itu semuanya berasal dari wilayah Kerinci Hulu, incumbent Adi Rozal dan penantang Monadi Murasman. Sementara dua yang tereliminasi  berasal dari Kerinci Hilir, Wabup Kerinci Zainal Abidin dan pendatang baru Tafyani Kasim.

Adi Rozal yang menggandeng Ami Taher berhasil meraup dukungan PAN, PPP dan Hanura dengan total jumlah kursi 8 kursi, sementara Monadi bersama Edison diusung koalisi gemuk PDIP, Demokrat, Golkar, Nasdem, Gerindra dan PBB dengan total jumlah dukungan 20 kursi. 

Praktis, persaingan menuju kursi BH 1 DZ itu hanya akan terjadi (lagi) di wilayah Kerinci Hulu -lebih sempit lagi- wilayah Tanah Sekudung karena dua-duanya, baik Adi Rozal atau pun Monadi berasal dari satu basis yakni Kecamatan Siulak dan Kecamatan Siulak Mukai yang berada dalam wilayah Tanah Sekudung.

Pertarungan Adi Rozal dan Monadi sepertinya merupakan rematch dari Pilkada Kerinci 2013 silam. Kala itu, Murasman yang notabenenya calon incumbent dan orang tua dari Monadi ditantang oleh Adi Rozal. 

Perjalanan Pilkada 2013 begitu berliku, banyak intrik yang terjadi, belum lagi gesekan antar masa pendukung yang akhirnya mengarah pada tindakan anarkisme. Pilkada sempat dilaksanakan dalam dua kali pencoblosan. Dan pada akhirnya, Adi Rozal mampu mengungguli Murasman.
Kini, Murasman memang tidak maju lagi, namun representasi dirinya ada pada diri Monadi, putra kandungnya. Otomatis, pertarungan ulang akan tersaji di kawah candra dimuka bernama Kerinci.

Kerinci Hilir

Lalu bagaimana dengan Kerinci Hilir? Sedari awal memang sudah ada komitmen dari tokoh-tokoh Kerinci Hilir untuk mengusung hanya 1 calon bupati dari Kerinci Hilir. Berbagai tahapan sudah dilaksanakan, bahkan survey untuk mengukur elektabilitas kandidat dari Hilir pun rampung digelar. Hasilnya, Zainal Abidin ke luar sebagai pemenang. 

Hanya saja, persoalan untuk menyatukan persepsi Hilir tidak berakhir sampai di situ. Ada penolakan dari kandidat-kandidat Hilir terkait hasil survey itu. Polemik di internal Kerinci Hilir pun kian santer, bak benang kusut yang tak mampu diurai. Sementara di sisi lain, parpol-parpol sudah mulai mengarahkan dukungan  ke Hulu karena melihat kisruh politik di internal Kerinci Hilir yang tak kunjung mereda.

Pada akhirnya, kesepakatan pun diambil, siapa pun kandidat Hilir yang pertama kali mendapat rekomendasi Parpol itulah yang akan didukung.
Namun dalam perjalanannya, dua kandidat dari Hilir tak mampu meraih dukungan Parpol, berbanding terbalik dengan kandidat dari Hulu yang semakin percaya diri menatap Pilkada dengan meraup banyak dukungan Parpol.

Lantas, ke mana arah dukungan Hilir? Pilkada kali ini berlangsung tanpa ada kandidat dari Hilir, otomatis Kerinci Hilir menjadi daerah tak bertuan yang notabenenya memiliki mata pilih terbesar di Pilkada Kerinci. 81 ribu lebih suara atau 35 persen mata pilih terdapat di wilayah ini. 

Dua kandidat tentu akan habis-habisan menggempur Hilir yang cenderung cair, enggunakan berbagai cara untuk memikat simpati pemilih, mulai dari isu Pemekaran Kerinci Hilir sampai ke pemerataan pembangunan. 

Akan ada beberapa hal  yang diprediksi bakal terjadi di Kerinci Hilir. Pertama, bisa jadi masyarakat akan memilih siapa yang mampu memberi garansi memperjuangkan pemekaran Kerinci Hilir itulah yang nantinya akan dipilih. Ini terjadi pada pemilih yang tidak memiliki hubungan emosional apa pun dengan kandidat.

Kemungkinan kedua,  muncul keapatisan  dalam benak masyarakat Kerinci Hilir yang tidak percaya lagi dengan kandidat dari Hulu. Imbasnya, masyarakat enggan untuk mencoblos di TPS yang tentunya berujung pada rendahnya partisipasi pemilih di Hilir. Semoga kemungkinan kedua ini tidak terjadi.

Apa pun dalihnya, Pilkada Kerinci kali ini menorehkan sejarah baru dalam proses Pilkada langsung di bumi yang sering disebut sebagai Sekepal Tanah Surga itu. Kontestan paling sedikit dalam gelaran Pilkada, berbeda dengan beberapa Pilkada langsung sebelumnya.

Terakhir, Pilkada kali ini juga merupakan pertarungan ulang Pilkada 2013. Rematch sekaligus Revans, akankah Adi Rozal kembali mempertahakan posisinya atau giliran Monadi yang menyempurnakan kemenangan yang tertunda? Satu yang pasti, Pilkada jangan sampai membuat masyarakat Kerinci terkotak-kotak, mari sama-sama menjaga suasana tetap kondusif. Semoga.

*Pemimpin Redaksi Harian Pagi Jambi Ekspres

 


Berita Terkait



add images