iklan Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto (jpn/JawaPos.com)
Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto (jpn/JawaPos.com)

JAMBIUPDATE.CO, Memasuki tahun politik 2018, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis hasil risetnya terkait kecenderungan para pemilih di Indonesia. Dari hasil survei menunjukan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menduduki peringkat teratas dengan elektabilitas mencapai 22.2 persen.

Sementara ranking dua ditempati oleh Partai Golkar disusul Gerindra di peringkat ketiga dengan suara 11,4 persen. Walaupun berada di urutan ketiga, partai berlambang kepala burung Garuda ini diyakini dapat menjadi kuda hitam di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Peneliti LSI, Rully Akbar mengatakan, elektabilitas partai Gerindra dapat terus merangsak naik menyusul suara PDIP, tapi syaratnya Prabowo Subianto sebagai ketua umum mau mencalonkan diri di Pilpres mendatang.

"Gerindra menguat jika Prabowo nyapres," ungkap Rully di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (24/1).

Rully berpendapat bahwa ketokohan Prabowo dalam partai dianggap akan sangat membantu dalam mendongkrak popularitas Gerindra. Selain itu, mantan Danjen Kopassus juga diyakini memiliki pamor kuat di masyarakat.

"Pengarus tokoh ketua umum yang kuat akan mendongkrak elektabilitas Partai Gerindra," imbuh Rully.

Hal seperti ini telah teruji pada tahun 2009, saat figur Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ketua umum Demokrat yang notabennya partai baru namun dapat menyabet ranking satu dalam ajang Pilpres saat itu. Maka tidak menutup kemungkinan hal serupa bisa terjadi kepada Gerindra.

Rully juga menambahkan, sekalipun Prabowo hanya maju sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) di gelaran pilkada nanti, dirinya melihat Partai Gerindra akan tetap mengalami kenaikan elektabilitas yang cukup signifikan.

"Gerindra bisa nomor 1 atau 2 jika Prabowo sukses sebagai capres atau cawapres," pungkas Rully.

Diketahui dari hasil survei LSI, pada Agustus 2017 Hanura hanya memperoleh elektabilitas 1,6 persen, kemudian anjlok di bulan Desember menjadi 0,5 persen, dan terakhir di Januari hanya 0,7 persen suara.

Survei dilakukan pada 7-14 Januari 2014 dengan responden 1.200 orang yang dipilih berdasarkan multistage random sampling. 

Metode yang digunakan adalah wawancara tatap muka dengan responden dilakukan serentak di 34 provinsi dari 7 sampai 14 Januari 2018. Margin of error survei ini adalah ±2,9 persen. (ce1/sat/JPC)


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait



add images