iklan Kota Suci Yerusalem (Guardian)
Kota Suci Yerusalem (Guardian)

JAMBIUPDATE.CO, Pemimpin Palestina menegur Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengancam menahan bantuan dana jika Palestina menolak untuk bernegosiasi dengan Israel. Sikap Trump tersebut sungguh tak bijak.

"Ancaman Trump tidak akan mempengaruhi orang-orang Palestina," kata Juru Bicara Kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeineh beberapa hari lalu.

Seperti dilansir Middle East Online, Rudeineh mengatakan, Yerusalem dan tempat-tempat suci lainnya tidak dijual. "Bahkan tidak dengan emas dan perak."

Menurut Rudeineh, masalah Yerussalem adalah kunci dari perang dan perdamaian di kawasannya. Tidak bisa dibeli atau dijual dengan semua uang di dunia.

Trump mengancam akan menahan dana pada hari Kamis setelah bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di World Economic Forum di Davos, Swiss.

"Kami memberi mereka ratusan juta dolar untuk bantuan dan dukungan, jumlah yang luar biasa. Dana itu sudah siap, namun tidak akan diberikan pada mereka kecuali mereka duduk dan menegosiasikan Yerussalem," kata Trump.

Trump tidak menjelaskan detail uang bantuan yang dia maksud. Sejak 2008, AS telah menyumbangkan sekitar USD 400 juta per tahun untuk bantuan ekonomi kepada Otoritas Palestina.

Pekan lalu, AS memutuskan untuk mengurangi lebih dari separuh pendanaannya ke badan PBB untuk pengungsi Palestina. Badan yang biasa mengurusi bantuan kehidupan bagi lebih dari lima juta pengungsi Palestina yang terdaftar di wilayah-wilayah pendudukan, juga negara lain seperti Lebanon, Yordania, dan Syria.

Di Davos, Trump juga menuduh pemimpin Palestina tidak menghormati AS dengan menolak bertemu dengan Wakil Presiden Mike Pence selama kunjungannya ke Israel dan wilayah tersebut awal pekan ini.

Pejabat Palestina Hanan Ashrawi menanggapi dengan mengatakan, "Tidak bertemu dengan penindas bukanlah tanda penghinaan, itu adalah tanda harga diri kami," ujarnya.

Keputusan Trump mengakui Yerusalem jadi Ibu Kota Israel memicu kemarahan di Palestina dan negara-negara di Timur Tengah. Mereka bersumpah untuk tidak menerima Wakil Presiden AS Mike Pence di wilayah mereka. (ina/JPC)


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait