JAMBIUPDATE.CO - SDM anak-anak Provinsi Jambi memang tidak kalah dengan provinsi lainnya di Indonesia. Bahkan di luar negeri pun, mereka masih bisa berkarya. Inilah yang ditunjukan oleh Doni Ropawandi, Mahasiswa Doctoral National Universty of Malaysia. Bagaimana ceritanya?
PIRMA SATRIA, JAMBI
PENDIDIKAN memang tak berbatas. Pribahasa inilah sepertinya yang menginspirasi seorang Doni Ropawandi untuk terus menempuh pendidikan, yang kemudian mengantarnya mengisi berbagai seminar internasional di berbagai negara di dunia.
Lajang kelahiran Ujung Pasir, Kerinci 06 Desember 1993 ini, mungkin satu dari segelintir generasi milenial Jambi yang mampu eksis dan berkiprah di luar negeri, pada usia yang tergolong masih sangat belia.
Saat ini, ia dipercaya memimpin sebuah organisasi yakni Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia. Sebuah organisasi besar yan menghimpun para pelajar Indonesia di luar negeri. PPI yang berdiri tahun 1998 memiliki cabang hampir di seluruh negara di dunia dengan jumlah anggota mencapai 9.672 mahasiswa Indonesia. Tentu menjadi sebuah prestasi yang cukup membanggakan.
Setahun kuliah di Malaysia, Saya dipercaya memggawangi organisasi ini. Terhubung dengan seluruh pelajar Indonesia yang ada di berbagai belahan bumi, Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, tugas perkuliahan dengan aktivitas di PPI berjalan seiring, tak ada yang terabaikan, jelasnya saat perbincangan dengan koran ini via ponsel.
Doni kemudian bercerita, ia memulai kuliah di Malaysia pada tahun 2016. Sebenarnya, pada awalnya memang agak ragu untuk memutuskan berkuliah di Malaysia karena selain tantangan bahasa, juga belum mengetahui secara detail seperti apa system pendidikan di Malaysia. Namun dengan nawaitu yang baik, ia akhirnya memutuskan melanjutkan S2 di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) mengambil jurusan Pendidikan Fisika.
Memang di awal-awal, Saya sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan karena di sini system belajarnya sangat luar biasa, di mana kita tidak pernah melihat kampus sepi dan perpustakaan tutup. Sedangkan di Indonesia saya selalu habis kelas pulang ke rumah.
Tapi walaupun kesulitan, katanya, di tahun pertama, ia berhasil meraih medali perunggu dalam kompetisi inovasi yang diadakan di Faculty of Education UKM. Ini semakin memotivasi dirinya untuk terus belajar dan belajar.
Memang sudah niat mau kuliah ke luar negeri mau tidak harus struggle dan strong, terlebih lagi jursan pendidikan Fisika sangat susah. Namun pada akhirnya saya bisa menyesuaikan diri hingga menamatkan S2 dalam waktu 15 bulan, kata mahasiswa dengan judul thesis Physics Web Based Learning Using Massive Open Online Course (MOOC) and Kahoot in Learning Electric Static and Dinamic ini.
Tidak hanya itu, berkat ketekunanya, di setiap semester ia juga selalu masuk dean list atau anugerah dari dekan Pascasarjana. Pada akhirnya saya lulus cumlaude, tambah peraih IPK 3,71 ini.
Saat ini, katanya, dirinya sedang persiapan melanjutkan program doctoral di kampus yang sama. Awalnya, tidak ada planning sama sekali untuk meneruskan studi doctoral, namun paska selesai S2, ada tawaran untuk melanjutkan S3 dari kampus, dia pun akhirnya memilih melanjutkan studi.
Saya sadar, umur juga juga masih sangat muda, ini yang memotivasi untuk terus sekolah, jelasnya.
Apakah tidak terfikir untuk kembali ke Jambi? Menurut Doni, dalam diri setiap individu tentu ada keinginan untuk pulang, namun demikina, keinginan itu harus bisa ditahan, karena untuk mengejar masa depan tentu harus rela berkorban, tinggal jauh dari tanah air.
Keinginan pulang memang ada sejak saya menyelesaikan S2, karena saya berpikir sudah saatnya saya berkontribusi untuk negeri sendiri. Tapi ya karena kodratnya adalah melanjutkan doctoral dan setelah itu pengen melanjutkan postdoctoral di Finlandia, harus Saya pendam dalam-dalam. Biar ilmu yang didapatkan dapat diaplikasikan di Indonesia khususnya di Jambi, jawab alumni Pendidikan Fisika IAIN STS Jambi ini.
Doni punya mimpi besar kelak. Berkontribusi untuk Jambi terutama dalam hal pendidikan. Ia berencana mendirikan yayasan untuk menagatasi masalah pendidikan di Jambi, selain impian untuk memberi sumbangsih pemikiran dengan menjadi dosen di Provinsi Jambi. Pada prinsipnya, kalau tidak kita yang bangun daerah kita sendiri, siapalagi? Terlebih lagi bonus demografi Indonesia di 2030 itu menjadi perhatian tersendiri bagi saya. Kalau kita diam dannggak peka maka kita akan lebih menjadi negara yang tertinggal namun jika kita siap maka kita akan menjadi negara yang maju. Maka untuk memanfaatkan ini saya ingin berkontribusi penuh dengan mempersiapkan segala hal, tentu juga harus ada dukungan dari pemerintah daerah, urainya.
Bagaimana dengan kesibukan di PPI? Melalui PPI, katanya, bersama dengan teman-teman asal Indonesia lainnya, PPI selalu memeberikan kontribusi untuk Indonesia. Seperti promosi budaya, bahasa, parawisata kuliner indonesia. Selain itu, pihaknya juga juga tanggap terhadap problematika dan dinamika yang terjadi di Indonesia.
Melalui PPI, Doni juga sudah berkali-kali diundang sebagai pembicara di seminar-seminar yang diselenggarakan oleh kampus dan organisasi seperti acara di Uhamka Jakarta, USU, Unair, Unri, Webinar Pendidikan, Wirausaha Muda Nusantara, Youlex, serta pembicara di RRI.
Saya sendiri juga aktiv dalam menulis artikel, jurnal dan prosiding akademik sebagai literature bagi kawan-kawan yang sedang menulis skripsi ataupun thesis, katanya.
Di kampus pascasarjana UKM sendiri, Doni juga dipercaya sebagai salah satu ambassador di UKM Graduate Centre. Ia ditujuk sebagai speakeruntuk seminar interntional jika ada tamu yang hadir di UKM Graduate Centre.
Yang lebih membanggakan lagi, putra pasangan Ishak Azis dan Anizar pada Juli nantinya dipercaya oleh KBRI Kualalumpur dan PPI Malaysia menghadiri simposium intenational di Moscow, Rusia. Acara ini adalah mempertemukan seluruh perwakilan mahasiswa Indonesia di belahan dunia lainnya. Di mana, out put dari acara akan menghasilkan white paper pembangunan emas 2045 yang akan diajukan ke Pemerintah Indonesia.
Saat ini saya juga berkeinginan untuk ikutsummer school yang diadakan di Rusia pada periode Juli-Agustus, namun belum ada kepastian, karena belum ada dana cukup untuk ke sana, jelasnya.
Perhatian dari pemerintah provinsi tentu dibutuhkan untuk mahasiswa-mahasiswa berprestasi ini, yang nantinya akan kembali pulang membangun daerah.
Harapan Saya, Pemprov Jambi memberikan apresiasi dalam bentuk beasiswa terhadap mahasiswa Jambi yang sedang menimba ilmu karena itu adalah penunjang utama dalam mencapai prestasi, pungkasnya. (*)
