iklan Penulis saat berada di tepi Swan River, Perth, Australia
Penulis saat berada di tepi Swan River, Perth, Australia

RAPAT Pleno Penetapan Hasil Penghitungan Suara Pilkada Kerinci 2018 sudah rampung digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kerinci Rabu-Kamis (4-5/7) kemarin di gedung Nasional Kota Sungai Penuh.

Hasilnya, pasangan calon nomor urut 2 Adi Rozal-Ami Taher ke luar sebagai pemenang Pilkada dengan raihan 55.597 suara (37,5 persen), disusul pasangan calon nomor urut 3 Zainal-Arsal 49.992 (33,7 persen) dan pasangan calon nomor urut 1 Monadi-Edison 42.683 suara (28,8 persen).

Dengan berakhirnya pleno ini, tahapan Pilkada Kerinci hanya tinggal menunggu ada atau tidaknya gugatan ke MK 3 hari pasca pleno, dan jika tidak ada, KPU tinggal menggelar penetapan pasangan calon terpilih untuk kemudian dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati , tentu sesuai dengan tanggal berakhir masa jabatan Bupati dan Wabup saat ini Adi Rozal dan Zainal Abidin.

Suka atau tidak, proses Pilkada sudah digelar. Yang kalah harus legowo, yang menang pun tak boleh jumawa. Kekecewaan tim sukses, simpatisan dan masa pendukung kandidat yang belum beruntung, adalah hal yang biasa dalam sebuah proses demokrasi. Tidak harus anarkis, namun sebaliknya harus bijak. Ketidakpuasan ada ranahnya, salurkan sesuai dengan aturan dan biarkan itu berproses sambil terus dikawal agar tetap berjalan di atas rel. Kerinci harus tetap aman, rukun dan damai.

Hampir 2,5 tahun proses Pilkada itu berjalan, masyarakat Kerinci sudah terkotak-kotak. Dukungan masyarakat terbelah dan itu terlihat nyata. Ada irisan-irisan di grass root, Kerinci Hulu, Hilir dan Tengah. Euforia itu terjadi dengan massif dan tak bisa dicegah Tak pula bisa disalahkan. Ini proses demokrasi, setiap orang punya hak untuk menentukan pilihan. Dilindungi oleh Undang-Undang. Hubungan emosional dan basis wilayah memang masih menjadi acuan utama masyarakat pemilih di Kerinci. Sekali lagi, tak harus berpecah belah.

Satu yang menjadi catatan penulis, tingginya tensi politik di Kerinci, sejauh ini tidak sampai berbuah aksi kerusuhan massa seperti masa-masa kelam dulu. Ini menandakan kedewasaan dalam berpolitik, meski riak-riak kecil selalu ada. Itulah dinamika, selalu memberi warna.

Kini saatnya menyatukan Kerinci. Ini bukan hanya tugas Adi Rozal-Ami Taher sebagai pemenang Pilkada, tapi tugas semua masyarakat Kerinci yang ingin melihat Kerinci secara utuh, Kerinci yang Hebat, Kerinci yang Tangguh dan Kerinci yang Lebih Baik.

Kita hilangkan perbedaan, kalau pun ada retakan yang masih berbekas, mari kita jadikan sebagai hiasan, karena Pilkada sudah selesai.  Bergandengan tangan adalah suatu keharusan demi Sekepal Tanah Surga. Biarkanlah Kerinci Hulu, Hilir dan Tengah tetap menjadi batas wilayah secara administratif, tapi secara hakiki Kerinci adalah Satu, mulai dari Telun Berasap sampai ke Benteng Depati Parbo.

Mengawal pemerintahan yang baru dan memastikan realisasi dari janji-janji kampanye adalah tugas kita berikutnya sebagai rakyat. Janji kampanye jangan hanya jadi pepesan kosong seperti lagu Janji Manisnya Dewi Perssik, itu hutang yang harus dibayar lunas. Rakyat menunggu, rakyat berharap dan rakyat siap menggugat.  Salam Damai

 Pirma Satria, M.Pd (Pemimpin Redaksi Harian Pagi Jambi Ekspres, Alumni Magister Teknologi Pendidikan Universitas Jambi)


Berita Terkait



add images